Tahun
ini bersyukur dapat mengalami beberapa perjalanan ke berbagai tempat
menarik. Menyenangkan… Kalau dalam bahasa klisenya : wawasan menjadi
bertambahJ .
Yang pasti setiap tempat memberikan kesan tersendiri.
Salah
satu perjalanan yang begitu menorehkan kenangan
adalah perjalanan rohani Yerusalem – Palestina.
Menapaki tempat-tempat yang namanya begitu familiar sejak kecil karena ada
di Injil dan percakapan-percakapan
harian. Oh Yesus kecil dulu bermain di
sekitar lokasi ini. Atau rumah Maria
dekat dengan Yusuf, sehingga memungkinkan mereka untuk bertemu dan menjadi
pasangan.
Beberapa
tempat terletak di Yerusalem – Israel,
sebagian ada di Palestina, seperti
Betlehem dan Hebron. Perbatasan
antara keduanya sangat sederhana. Keluar masuknya tidak rumit. Penjaganya
remaja-remaja bersenjata lengkap.
Perubahan pemandangan dari wilayah Jordan – Israel (Yerusalem) – Palestine
cukup menarik. Dari daerah yang berkesan
kering, kemudian masuk ke wilayah yang terlihat subur. Lalu beralih kepada
wilayah kecil yang agak kumuh. Tidak
berjauhan, tetapi perbedaan itu terasa.
Ini
adalah perjalanan hati. Dan hati ini
berbicara banyak, saat berada di Bukit Jaitun
(Mount of Olives). Tampak sekitarnya
adalah ribuan kuburan, karena ini
merupakan kuburan tertua yang masih dipergunakan. Dekat bukit Jaitun terdapat Taman Getsemani (The Garden of Gethsemane),
dimana Yesus berdoa hingga dia ditemukan oleh Yudas Iskariot. Saat itu Yesus merasa sangat sedih, karena
dia dapat mengetahui bahwa Yerusalem
akan hancur. Dan kesedihannya itu
terbukti pada abad ke 6.
Berdiri
di Bukit Jaitun, memandang tepat ke
seberang, adalah wilayah Al’Aqsa, dengan
dua kubah masjid yang megah : Dome of the Rock dan Masjid Al Aqsa. Masjid Al Aqsa adalah salah satu tempat suci
agama Islam, di mana umat muslim percaya bahwa Nabi Muhammad diangkat ke
Sidratul Muntaha dari sini, setelah
sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al Aqsa (peristiwa
Isra’ Mi’raj). Jarak dari tempatku
berdiri adalah sepemandangan mata. Yesus sendiri sehari-hari selalu melalui tempat dimana Dome of the Rock berada.
Yang
sepemandangan mata itu mengatakan :
“Semuanya
begitu dekat. Semua berasal dari sumber yang sama.
Lalu
mengapa ada perseteruan?”
Lalu
esok harinya, Tuhan memberikan berkat melalui
kesempatan masuk ke kompleks Al-Haram Asy-Syarif (Plaza Haram esh Sharif). Kita adalah rombongan terakhir yang
diperkenankan masuk hari itu. Puji
Tuhan. Waktunya
tidak panjang, tetapi aku bisa merasakan
kekhusukan itu. Pertanyaannya bergaung
di hati :
“Apa
yang diributkan oleh perseteruan?”
"Karena
Tuhan?"
beberapa
orang pernah mengatakan : “Tuhan tidak perlu dibela”
Setelah
perjalanan hati tsb, aku meng-amini
pernyataan itu.
Kita
bermula dari titik yang sama.
Pasti
ada perbedaan.
Tetapi tidak harus untuk
saling menghakimi secara brutal apalagi membunuh dan berperang.
Kemarin
mendengar lagu kolaborasi kumandang Adzan
dan Ave Maria dari kiriman FB seorang
teman. Akupun menitikkan airmata. Begitu menyejukan. Sama seperti apa yang kurasakan saat berdiri
di Bukit Jaitun, memandang Al-Haram Asy-Syarif dari kejauhan.
Dan damai itu seharusnya bisa dirasakan oleh seluruh sanubari ummat, jika semua pihak mengusahakannya. Atau kata toleransi itu memang dipahami maknanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar