Tahun ini
bapak mencapai usia 75 tahun.
Masih
sehat, dinamis, dan selalu penuh perhatian.
Biasanya
setiap hari Minggu bapak datang ke rumah untuk mengunjungi ke dua cucunya,
dengan menyetir mobil sendiri.
Kerap
kali aku larang mengemudikan mobil, tetapi jawabnya selalu sama : "Ngak
papa, ini Minggu. Jalan ngak terlalu ramai" Ya memang sih,
pada hari-hari lainnya bapak selalu didampingi Ndari - supirnya. Jadi aku
juga menanggapi dengan perkataan yang sama : "Ya hati-hati pak"
Pencapaian
usia 75 tahun bukanlah hal yang biasa.
Beberapa
kali terbersit dibenak untuk memberikan kado istimewa. Tidak perlu
berlebihan, tetapi berkesan. Apa ya ...
Mungkin
perayaan ulang tahun yang berbeda dari yang sudah-sudah. Tahun-tahun
sebelumnya kita membuatkan acara ucapan syukur dengan mengundang teman-teman
bapak di rumah Lenteng Agung. Kali ini
aku terpikir memindahkan acara ke Graha Berkat. Sebuah gedung pertemuan di
Gandaria City, yang kami kelola.
Lalu
acaranya apa? Memutarkan film tentang kisah bapak … lucu juga ya sepertinya. Tapi apa aku sempat membuatnya? Waktuku
sedang tersita untuk post pro film 2014,
Balinale dan masalah film Soekarno. Aku
sempat sharing ide dengan teman kreatifku mas Genthong. Mengenal mas Genthong saat memproduksi film
biografi pendek seseorang. Saat itu mas Genthong menjadi astrada mas Hanung Bramantyo
dan aku sebagai produsernya. Ideku
disambut baik. Pembuatan film
berdasarkan budget yang tersedia. Terus terang tidak banyak, tetapi mas Genthong meyakinkan aku bahwa film
harus diproduksi. Karena momen ini tidak
akan terulang lagi. Teman-teman di Yogya
akan membantu.
Dari
diskusi melalui WA ini aku berbagi
cerita dengan anak-anakku. Yang merespon
positif si bungsu, Ayesh. Dia mulai menuangkan ide pada sebuah
rundown. Nantinya para pemain dalam
acara adalah keluarga dan kerabat.
Ayesh
akan memainkan drum dengan didampingi oleh Jason- teman gerejanya. Lalu acara ini harus merupakan kejutan bagi
bapak. Bapak jangan sampai tahu kalau
kita akan membuat perayaan.
Sampai
disitu.
Kemudian
aku tidak terlalu berkonsentrasi pada acara ini lagi. Karena harus bolak balik
ke Bangkok mensupervisi post pro dan beberapa revisian film. Tiba-tiba juga harus mempersiapkan film
untuk Festival Film Balinale di Kuta.
Permasalahan tuntutan hukum pada film Soekarno juga membuatku harus
bolak balik ke kantor Multivision di Jalan Kuningan, dengan trafik jalan yang
padat.
Di sela
keberadaanku di Jakarta, aku mengunjungi bapak di Lenteng Agung beberapa kali.
Bapak sebenarnya cukup heran, karena aku jarang ke sana. Lalu mulai
bertanya-tanya tentang cerita kehidupan cintanya dengan ibu. Bapak mengeluarkan satu tas tentengan, tas
dia saat taruna dulu. Isinya surat-surat cinta mereka. Anakku Sara mencoba membaca dan tidak
memahami. Karena tertuliskan dalam bahasa Jawa. Aku scan beberapa dan meng-emailkan ke teman-teman di Sanggit. Sanggit adalah nama production house, yang
membuat film bapak. Dibawah koodinator mas Genthong, mereka cukup sabar dengan kesibukanku. Terutama Mbak Rita selaku koordinator
wadrobe. Karena selalu menanyakan detail pakaian Taruna tahun 1961 yang aku
sendiri tidak paham, maka aku minta dia
menelepon langsung bapak. Percakapan
mereka cukup lucu, karena mbak Rita
harus berbohong untuk mendapatkan data2 itu.
Dibelakang hari, bapak mengatakan
bahwa kalau bukan karena temanku, dia sudah malas menjawab hahaha.
Karena bawel dan detail banget!
3 minggu
menjelang acara, aku menyadari adalah
tidak mungkin untuk tidak memberitahu bapak tentang perayaan ulang tahun
ini. Aku kan harus mengundang
teman-temannya, dan aku tidak mengetahui
alamatnya sama sekali. Oke, kita
beritahu, tapi simpan detail acaranya. Saat
aku mengatakan, bapak begitu suka. Beliau
menjadi antusias. Tetapi yang menjadi
masalah adalah bapak menginginkan acaranya dilakukan siang hari. Alasannya karena teman2nya sudah sepuh dan
susah untuk datang malam. Wadohhh. Pesawat Ucie sudah diisued dengan jam
kedatangan sore hari. Kami sempat beradu pendapat, dengan tetap menjaga
kerahasiaan kedatangan Ucie. Kepusingan
ini berakhir, saat Ucie berhasil mengubah jadwal penerbangan menjadi 1 hari
lebih awal. Dengan resiko dia menginap
di hotel 1 malam, agar tidak bertemu siapa-siapa dan rahasia tetap terjaga.
Acaranya sederhana. Seperti terekam dalam visual di link ini.
Tetapi memberi kesan mendalam untuk Bapak.
Terimakasih
kepada semua teman, sahabat dan staf
Resanel yang telah membantu terselenggaranya acara ini. Hanya dengan koordinasi singkat dan jarak
jauh, acaranya dapat berjalan lancar.
Semoga
bapak selalu sehat. Tentu dalam berkat
Tuhan.
Amin.