Senin, 11 Agustus 2014

BERMULA DARI TITIK YANG SAMA





Tahun ini bersyukur dapat mengalami beberapa perjalanan ke berbagai tempat menarik.  Menyenangkan…  Kalau dalam bahasa klisenya : wawasan menjadi bertambahJ . Yang pasti setiap tempat memberikan  kesan tersendiri.

Salah satu perjalanan yang begitu  menorehkan kenangan adalah perjalanan rohani Yerusalem – Palestina.  Menapaki tempat-tempat yang namanya begitu familiar sejak kecil karena ada di  Injil dan percakapan-percakapan harian.  Oh Yesus kecil dulu bermain di sekitar lokasi ini.  Atau rumah Maria dekat dengan Yusuf, sehingga memungkinkan mereka untuk bertemu dan menjadi pasangan.  

Beberapa tempat terletak di Yerusalem – Israel,  sebagian ada di Palestina, seperti  Betlehem dan Hebron.  Perbatasan antara keduanya sangat sederhana. Keluar masuknya tidak rumit. Penjaganya remaja-remaja bersenjata lengkap.  Perubahan pemandangan dari wilayah Jordan – Israel (Yerusalem) – Palestine cukup menarik.  Dari daerah yang berkesan kering, kemudian masuk ke wilayah yang terlihat subur. Lalu beralih kepada wilayah kecil yang agak kumuh.  Tidak berjauhan, tetapi perbedaan itu terasa. 

Ini adalah perjalanan hati.  Dan hati ini berbicara banyak, saat  berada di Bukit Jaitun (Mount of Olives).  Tampak sekitarnya adalah  ribuan kuburan, karena ini merupakan kuburan tertua yang masih dipergunakan.   Dekat bukit Jaitun  terdapat  Taman Getsemani (The Garden of Gethsemane), dimana Yesus berdoa hingga dia ditemukan oleh Yudas Iskariot.  Saat itu Yesus merasa sangat sedih, karena dia dapat mengetahui  bahwa Yerusalem akan hancur.  Dan kesedihannya itu terbukti pada abad ke 6.  

Berdiri di Bukit Jaitun,  memandang tepat ke seberang,  adalah wilayah Al’Aqsa, dengan dua kubah masjid yang megah : Dome of the Rock dan  Masjid Al Aqsa.  Masjid Al Aqsa adalah salah satu tempat suci agama Islam, di mana umat muslim percaya bahwa Nabi Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari sini, setelah  sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al Aqsa (peristiwa Isra’ Mi’raj).  Jarak dari tempatku berdiri adalah  sepemandangan mata.  Yesus sendiri sehari-hari  selalu melalui  tempat dimana Dome of the Rock berada. 

Yang sepemandangan mata itu mengatakan :
“Semuanya begitu dekat. Semua berasal dari sumber yang sama. 
Lalu mengapa ada perseteruan?”

Lalu esok harinya,  Tuhan memberikan berkat melalui kesempatan masuk ke kompleks Al-Haram Asy-Syarif (Plaza Haram esh Sharif).  Kita adalah rombongan terakhir yang diperkenankan masuk hari itu.  Puji Tuhan. Waktunya tidak panjang,  tetapi aku bisa merasakan kekhusukan itu.  Pertanyaannya bergaung di hati :  
“Apa yang diributkan oleh perseteruan?”
"Karena Tuhan?"
beberapa orang pernah mengatakan : “Tuhan tidak perlu dibela”
Setelah perjalanan hati tsb,  aku meng-amini pernyataan itu. 
Kita bermula dari titik yang sama.
Pasti ada perbedaan.  
Tetapi tidak harus untuk saling menghakimi secara brutal apalagi membunuh dan berperang. 

Kemarin mendengar lagu kolaborasi  kumandang Adzan dan  Ave Maria dari kiriman FB seorang teman.  Akupun menitikkan airmata.  Begitu menyejukan.  Sama seperti apa yang kurasakan saat berdiri di Bukit Jaitun, memandang Al-Haram Asy-Syarif dari kejauhan. 




Dan damai itu seharusnya bisa dirasakan oleh seluruh sanubari ummat, jika semua pihak mengusahakannya. Atau kata toleransi itu memang dipahami maknanya. 









Jumat, 08 Agustus 2014

Saat menjadi seorang Pemilih dengan kategori khusus



Beberapa hari ini aku mulai familiar dengan istilah-istilah DPT, DPTB, Pemilih Tambahan dll.  Semuanya terkait dengan hiruk pikuk PEMILU Presiden dan  tuntutan pasangan capres Probowo  Hatta yang diajukan ke MK.  Salah satu keberatannya adalah banyaknya pemilih tambahan pada TPS-TPS.  Di layar Berita Satu seorang saksi menyatakan adanya tambahan pemilih yang dahsyat di 3 TPS yang sudah dibongkar kotaknya.  Aku tidak begitu jelas apa kriteria  saksi tsb dengan kata “dahsyat”.   Seperti yang dia katakan adanya tambahan 200 orang di TPS sebuah rumah sakit? Apakah itu angka yang berlebihan sehingga memacu kecurigaan adanya kecurangan?  Atau sebenarnya merupakan kesalahan administrasi karena kurangnya pengetahuan semua pihak?

Aku merefer lagi kepada pengalamanku melakukan pemilihan dengan tidak biasa.  Mungkin sebutannya adalah DPT yang melakukan pemilihan di tempat lain tanpa mendaftar terlebih dahulu.  Nah, itu masuk kategori manakah? DPTB, pemilih tambahan atau apa?  Yang pasti aku saat itu tidak memahami semua istilah Pemilu.  Aku hanya ingin menjadi warga Negara yang baik dan turut serta memilih calon pemimpin bangsa. 

1 July 2014
Jakarta
Memeriksa website KJRI New York untuk memastikan tanggal dilakukannya pencoblosan.  Ada!. Dilakukan lebih dini di tgl 5 July.   Anakku sangat senang karena ini akan menjadi momen pertamanya melakukan pemilihan umum.
Memeriksa lagi persyaratannya : bagi yang tidak terdaftar, dapat  hanya membawa passport . Oke. Simple. 
Saat itu suamiku mengatakan, harusnya minta surat dari panitia sini untuk pengantar.  Aku mengatakan tidak perlu, karena di website menyatakan cukup dengan membawa passport. 

4 July 2014
New York
Sekali lagi aku mengecek website KJRI, untuk memastikan jam, tanggal dan tempatnya.  Masih sama.  Tgl 5,  untuk pemilih tambahan datang pada jam tertentu  Aku lupa tepatnya, tetapi perkiraanku adalah setelah semua pemilih terdaftar melakukan penjoblosan.  Sudah terbayang tempatnya Tidak jauh dari  Central Park.

5 July 2014
KJRI New York


Rombonganku (berenam : 4 Pemilih & 2 pengantar) tiba di KJRI.  Ternyata masih ada antrian panjang.  Untuk yang baru datang harus mendaftar ke ruang bawah.  Disana ada petugas  PPLN yang melakukan pendaftaran.  Lumayan penuh di ruang bawah itu.  Tampak beberapa orang sedang berdebat dengan sang petugas.  Lalu selanjutnya aku memberikan passportku.  Dia menanyakan formulir  A5, yaitu formulir yang  merupakan formulir pindah penjoblosan dan ditandatangani oleh panitia di tempat terdaftar awal.  Tentu saja aku tidak punya. Karena memang tidak aku urus.  Website KJRI itu mengatakan passport saja. Wahhh miskom.  Jadi tidak bisa mencoblos?  PPLN dengan tegas mengatakan : TIDAK BISA!
Anakku terlihat sangat kecewa.  Akupun.  Karena momen ini kan sudah direncanakan jauh-jauh hari. Informasi yang menyesatkan itu, menyebabkan peristiwa penting itu tidak akan dijalani. 

Belum habis keherananku, berdatangan beberapa orang lagi dengan kasus yang sama.  Ternyata bukan aku saja!.  Semakin sore semakin banyak orang bernasib serupa, mereka datang sesuai dengan persyaratan jam pencoblosan bagi pemilih tambahan.  Jadi semakin seru. Karena semakin banyak orang, semakin keras kita melakukan protes.  Ini kan hak warga Negara. 
Aku sempat bertanya pada beberapa orang : kenapa sih sekarang ngotot melakukan penjoblosan?  Jawabnya hampir sama : “Tahun ini harus. Karena sekarang berbeda. Saatnya menentukan orang yang benar untuk memimpin Negara kita”.   Jadi berduyun-duyunlah pemilih tambahan itu datang.

Mengapa tidak bisa menjoblos?
Karena tidak ada formulir A5.
Ditakutkan akan bisa dimanipulir dengan melakukan pencoblosan ganda. Setelah dari NYC bisa mencoblos lagi di tempat asal. 

Tentu saja kami memahami alasan  itu. Tetapi pasti ada jalan keluarnya.  Kita kan bukan orang-orang yang bisa dibayar untuk kebutuhan politik tengil
Caranya misalnya dengan memberikan copy KTP, lihat DPT di web KPU, sampai memberikan tiket pesawat kepulangan. 

PPLN mengatakan hanya bisa, jika form A5nya diurus saat ini juga. 
Tentunya tidak mungkin juga,  karena sekarang minggu dini hari waktu Indonesia. Susah   mencari para panitia daerah masing-masing untuk minta dibuatkan A5.

Jadi,  tetap ditolak dengan keras oleh PPLN
Hingga  beberapa calon pemilih naik pitam.


Akhirnya perwakilan calon pemilih meminta untuk disambungkan  dengan KPU Pusat guna meminta kebijakan.

Proses bolak balik ngotot ini sekitar 3 jam lebih.  Hingga berhasil mengajukan solusi yang menurutku dapat dipertanggung jawabkan :
  1. Lihat di daftar KPU, apakah ada namanya disana
  2. Serahkan fotocopy KTP
  3. Tulis TPS asal
Diharapkan dokumen2 ini akan menjadi bahan cross check yang berharga pada saat diperlukan. 

Oke. Deal.  Dengan tambahan persyaratan selama kertas suara masih tersedia.  Cukup adil.  Semua menerima. Keadaan menjadi tenang. 

Masalah lain ternyata di daftar KPU nama anakku tidak muncul.  Dia sedih sekali. Aku bilang, coba saja tetap mendaftar memilih. Toh usianya sudah 17 tahun.  Harusnya datanya sudah tercantum di KPU (tapi seingatku aku belum pernah mendaftarkannya. Aku pikir itu akan berlaku secara otomatis saat membuat E KTP). 
But anyway, anakku itu berhasil untuk mencoblos.  Kami semuapun berhasil. Dan kami merasa sangat lega karena sudah mampu memberikan suara kami untuk kepentingan Negara.



Dari peristiwa ini,  aku ingin memberikan gambaran :
  1. bahwa ada pertambahan jumlah pemilih yang cukup banyak. Tetapi ini bukan rekayasa. 
  2. bahwa  KPU dan PPLN sangat disiplin dengan peraturannya.  Namun karena desakan lapangan yang keras dan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan, maka mereka dapat mengabulkan permintaan untuk pengecualian. 
Peristiwa yang sama juga berlangsung di Los Angeles.  Mungkin saking banyaknya peminat, surat suaranya sampai tidak mencukupi. 
Jadi pertambahan ini  bukan sebuah kecurangan yang massive, tetapi karena timbulnya niat memilih yang tiba-tiba menjadi tinggi. 

Kembali ke persidangan MK saat ini, aku tidak berkeinginan untuk memihak .
Tapi di televisi itu, saksi  lebih banyak berasumsi sendiri dengan bahasa-bahasa yang bombastis.  

Yang terakhir, saat kembali ke Jakarta, ternyata di meja tamu tergeletak  3 surat undangan untuk  DPT.  Salah satunya adalah untuk anakku.  Yang ini pasti juga bukan kecurangan, tetapi kegagalan sistem update data peserta pemilu.  Salah satu kelemahan dari keseluruhan sistem pencatatan. 



Catatan ini hanya sebagai  tanggapan pribadi atas apa yang tersaji di layar televisi atau media lainnya perihal kata2 : KECURANGAN PEMILU.  







Kamis, 07 Agustus 2014

PROMOSI STASIUN TELEVISI

MENJADI JURU RAMU

DENGAN KESEIMBANGAN OTAK KIRI dan KANAN

Belakangan maraknya kehadiran stasiun televisi, menebar pula maraknya iklan-iklan promosi stasiun televisi tersebut. Perkembangan pertumbuhan televisi yang pesat saat ini menjadikan suatu stasiun televisi tidak lagi hanya menginformasikan program-program mereka dengan bertumpu pada media visual televisi itu sendiri, namun sudah harus menggunakan media komunikasi lainnya. Maka ada istilah promosi on-air dan off -air televisi. Promosi on-air adalah bentuk promosi program ataupun korporat televisi yang ditayangkan di stasiun televisi itu sendiri. Sementara off-air adalah bentuk promosi suatu stasiun televisi yang dilakukan di luar stasiun televisi tersebut, melibatkan media-media komunikasi lainnya.

Kedua aktivitas promosi tersebut merupakan aktivitas pendukung yang dalam kompetisi ketat saat ini memegang peranan penting dan harus dijalankan secara terencana dan terpadu guna menghasilkan efektifitas promosi yang optimal.

Bagaimana cara meramu kedua aktivitas tersebut sementara daur hidup suatu program televisi saat ini dapat dikatakan lebih cepat daripada daur hidup produk lainnya? Bayangkan pula dengan kemampuan yang besar suatu stasiun televisi untuk menghasilkan dan menayangkan program yang hampir serupa dengan program yang dianggap sukses (konsep me too), sehingga strategi program mengharuskan perubahan cepat penempatan dan content program. Atau jika berkaitan dengan pemberitaan yang membutuhkan persiapan waktu tayang instan, tetapi harus dapat pula menangkap audience secara signifikan. Daur hidup promo program sendiri berkisar 3 hingga 7 hari. Ini adalah suatu keunikan industri televisi : daur hidup produk (baca program) yang singkat mengharuskan waktu produksi promosi yang instant serta menghasilkan daur hidup promo yang sangat pendek pula !

ON - AIR PROMO

“On-air promotion continues an existing relationship –reminding your audience why they’re there in the first place, and keep them coming back for more” (Kim Rosenblum – TV Land)



Jika meneropong satu stasiun televisi, akan ada lebih dari 168 program yang tertayang dalam 1 minggu, dengan jumlah total waktu promosi komersial dan non komersial (untuk promo televisi sendiri) +/- 33 jam. Dengan asumsi waktu untuk on air promo 20% dari total watu promosi, maka inventory promo on-air akan ada sekitar 7 jam perminggu. Jumlah ini akan menghasilkan 806 slot on- air durasi 30” . Masih ditambah pula dengan kemampuan televisi menayangkan running text, bumper in – out, dll.
Kondisi – kondisi tersebut membutuhkan kemampuan dan kapasitas peramu dari segi perencanaan media, penyerapan secara cepat dan tepat pesan program, kreativitas visualisasi, penentuan durasi, hingga penempatan spot on- air promo pada slot commercial break

Dengan konsep visualisasi yang menarik, pesan yang tepat dan media plan yang stratejik, diharapkan informasi perihal program dapat terserap oleh audience secara tepat. Sehingga pada saatnya program ditayangkan, dapat menyerap audience yang mampu meningkatkan share dan rating program tersebut.

Selain faktor-faktor di atas, promo on-air juga mengalami tantangan secara internal. Hal ini dikarenakan adanya pemikiran bahwa spot promo on-air selalu dianggap sebagi spot gratisan, maka penghargaan dan tingkat kepentingan dalam menghitung efektivitas pengkomunikasian suatu program menjadi berkurang. Terlebih jika berada pada slot yang telah penuh dengan spot komersial. Pertimbangannya akan jatuh antara mendapatkan pendapatan atau mempromosikan program ?

Namun sebagai orang promosi, sudah seharusnya tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi. Perencanaan media harus dilakukan untuk dapat meyakinkan bahwa suatu promo seharusnya juga mendapatkan prioritas sama besar dengan penempatan spot komersil.

Gunakanlah GRPs (Gross Rating Points) untuk perencanaan selain intuisi seorang creative! Sama halnya dengan seorang media planner yang menghitung GRPs untuk klien mereka, maka seorang Juru Ramu On-air Promotion harus mampu membuat hitungan :

Reach x Frekuaensi = GRPs
(Jumlah orang yang melihat spot promo on air x rata-rata frekuensi)

Tentukan berapa GRPs perminggu yang diperlukan untuk promo on-air suatu program sebagaimana yang dituturkan oleh Lee Hunt salah seorang pembicara yang pernah hadir pada  seminar PROMAX BDA Singapore :

We need to use our GRPs wisely avoiding under promoting and over promoting. We need to run a promo just long enough to meet our GRP targets

Sebagai contoh :

Untuk Promo On-air Durasi 30”
Tayangan I

10 ----------> 10 Reach x 1 Freq = 10 GRPs

Rt 10
GRPs 10
Reach 10
Avrg Freq 1.0
Untuk Promo On-air Durasi 30”
Tayangan I Tayangan II
10 6


Rt 10 10
GRPs 10 20
Reach 10 16
Avrg Freq 1.0 1.3

GRPs II = 20

40% dari audiences telah melihat tayangan I
60% dari audiences melihat tayangan II untuk pertama kali

Reach yang dicapai saat ini
10% + 6% = 16 %

Frekuensi =
20 / 16 = 1.3


Tayangan I Tayangan II Tayangan III
10 6 3

Rt 10 10 10
GRPs 10 20 30
Reach 10 16 19
Avrg Freq 1.0 1.3 1,6


GRPs III = 30

70% dari audiences telah melihat tayangan sebelumnya
30% dari audiences melihat tayangan III untuk pertama kali

Reach yang dicapai saat ini
10% + 6% + 3 = 19 %

Frekuensi =
30 / 19 = 1.6


Tayangan I Tayangan II Tayangan III Tayangan IV
10 6 3 2


Rt 10 10 10 10
GRPs 10 20 30 40
Reach 10 16 19 21
Avrg Freq 1.0 1.3 1,6 1.9

GRPs IV = 40

80% dari audiences telah melihat tayangan sebelumnya
hanya 20% dari audiences melihat tayangan IV untuk pertama kali

Reach yang dicapai saat ini
10% + 6% + 3 + 2 = 21 %

Frekuensi =
40 / 21 = 1.9

Dari contoh di atas, hanya dengan 4 kali tayang hampir tidak ada penambahan audiences yang melihat promo on-air tersebut. Kita hanya memperlihatkan materi yang sama secara berulang-ulang kepada audiences yang sama!

Oleh karenanya sangat dibutuhkan penjadwalan promo yang benar kepada audience yang tepat dengan jumlah frekuensi yang tepat pula, walaupun inventory promo on-air yang dipergunakan adalah slot “gratisan”. Dengan analisa-analisa GRPs kemampuan mendebat pentingnya spot promo on-air untuk ditayangkan pada waktu-waktu laris juga semakin kuat. Seperti yang juga diutarakan Lee Hunt dalam bahasa kiasannya “ We need to keep ad sales away from our airtime”


OFF-AIR PROMO



Off–air promo laiknya sebagai tangan gurita yang menerobos audiences. Medianya lebih mengarah kepada publikasi, advertising dan event. Bahkan yang saat ini tengah trend adalah melakukan direct selling ke rumah-rumah.

Tujuan dari promo off-air beragam. Untuk stasiun televisi yang masih baru tentunya lebih mengarah kepada pengenalan korporat televisi itu sendiri.

Mengamati pergerakan aktivitas promosi saat ini konsep joint promotion antar media merupakan salah satu yang diminati oleh para pelaku promo off-air televisi. Dengan konsep barter, sesama media dapat saling mendukung untuk mendapatkan reach audiences sesuai target mereka tanpa biaya yang tinggi. Tentunya dalam menentukan patner dipertimbangkan pula kemampuan penetrasi media bersangkutan, karena walaupun tidak mengeluarkan kas, airing time yang dipergunakan tetap ada kalkulasinya. Sama sebagaimana yang dilakukan oleh on-air promotion, off–air juga melakukan penghitungan untuk mendapatkan cost permile yang kecil dengan reach dan frekuensi yang tinggi.

Untuk event-event besar, umumnya yang menjadi pengendali adalah pihak produksi. Acara dengan biaya besar lebih baik dijadikan salah satu program televisi, yang promosinya dilakukan secara on-air dan off-air .

Efektivitas dari sebuah event dapat ditracking dengan melakukan omnibus riset sebelum dan sesudah event. Namun dengan makin seringnya setiap stasiun televisi melakukan event atau produksi secara outdoor, maka efektitas dalam memelihara loyalitas audiences menjadi menurun. Para pengunjung event pada suatu stasiun televisi juga akan melakukan kunjungan pada event stasiun televisi lainnya.  

Mulailah dilakukan bentuk strategi promosi off-air mengunjungi pemirsa secara langsung.


PERENCANAAN TERINTEGRASI

Paduan strategi on-air dan off–air dalam satu media plan yang terpadu akan membantu pengendalian biaya tanpa mengurangi efektivitasnya. Pada satu program yang membutuhkan treatment on-air lebih heavy, maka off–air dapat diprioritaskan untuk program lainnya. Ataupun sebaliknya. Namun jika memang dibutuhkan kampanye yang besar, maka kedua aktivitas dapat dipergunakan berdasarkan hitungan GRPs yang ingin dicapai.

Oleh karenanya saat ini sudah sepatutnya dikaryakan Juru Ramu promosi stasiun televisi yang mempunyai kemampuan otak kiri dan kanan yang sepadan guna menghasilkan konsep kreatif sekaligus analisis media secara instan dan tepat dalam rangka menghasilkan efek promosi sebagaimana yang diinginkan. 


Penulis pernah bekerja pada : 
1. Lativi 
2. tvOne 
3. alifTV 

ditempatkan pada blog di 2014 setelah ditulis pada 2004. karena dirasa materi masih relevan.