Meeting minggu sore, no problem
Supir tidak masuk, no problem.
Justru akhirnya berkesempatan untuk duduk manis di halte bis jalan Sudirman.
Jalanan yang lenggang,
membuat mata dapat melepaskan
pandangan secara luas. Wahhh rasanya beda yaa. Ini seperti duduk manis di jalanan negara
mana gitu. Lebay? Ngak kok.
Saya takjub!
Kursi halte
bersih. Tidak membuat ragu untuk
mendudukinya.
Trotoarpun sama keadaannya.
Bahkan ada tempat sampah 3 warna untuk jenis sampah yang berbeda. Tanpa bau pesing yang biasanya ada di jalanan.
Woahhhh saya kemana saja selama ini?
Saya bahkan menikmati bawaan jajanan sore di situ. Piknik di halte!
Saya dan teman berfoto-foto untuk merekam moment ini sambil terus bercanda:
“Wahh kak, ini seperti sedang di luar negeri yaa”
Saking katroknya dengan kegembiraan halte bis bersih,
membuat kita jadi tontonan seorang bapak. Hahaha.
Saking katroknya dengan kegembiraan halte bis bersih,
membuat kita jadi tontonan seorang bapak. Hahaha.
Kemudian datanglah bis wisata dua tingkat. Saya selama ini
tak terlalu memperhatikan. Tetapi karena berada pas di depan mata, saya bisa
mengamati :
“ Wahh bisnya baru ya, kerennn”
Sudah berapa wahhh untuk
sore itu yaaa.
Saya mengingat,
belasan tahun lalu ketika membantu
kampanye Gerakan Disiplin Nasional dengan menggunakan perangkat Kader Penegak Disiplin.
Salah satunya adalah mengajak masyarakat untuk meningkatkan kebersihan. Suatu program kampanye yang baik dan
santun, namun tidak membuahkan hasil
seperti yang diharapkan. Mungkin karena tidak terintegarasi seperti saat
ini.
Maksudnya terintegrasi adalah memadukan kampanye dengan tindakan dari sisi
lain yang aplikatif dan berkesinambungan.
Ahok menurut saya berhasil menyatukan hal tersebut. Tanpa
kampanye yang penuh slogan (bahkan dilakukan dengan mulut “jambannya” ) tetapi
memulai dari hal dasar : memikirkan kebutuhan para pekerja kebersihan, bertindak tegas pada kios-kios jalanan demi
ketertiban dll. Karena sudah bersih, orang akan dengan sendirinya merasa segan
untuk membuang sampah sembarangan.
Bahkan teman saya mengambil remahan kue yang terjatuh di trotoar untuk
dibuang ke tempat sampah!
“ Sayang kak, udah bersih”
Memang apa yang saya duduki sore itu hanya sebuah titik dari
seantero Jakarta, namun saya sudah merasakan sebuah perubahan yang
menghasilkan harapan.
Sama halnya dengan kesabaran tentang kemacetan akibat banyak
proyek jalan dan MRT. Saya tidak lagi
mengumpat, tetapi menyadari bahwa kemacetan ini adalah pengorbanan untuk sebuah
harapan akan kemajuan Jakarta.
Apakah saya sekarang fans dari seorang Ahok?
Bisa jadi.
Walaupun beberapa usaha keluarga tersiksa karena
peraturan-peraturan baru era Ahok, namun
saya percaya Ahok melakukan untuk kebaikan
banyak pihak.
Jadi ketika saya mengisi dan mengirimkan formnya, itu adalah
form harapan dan keyakinan pada seorang Ahok yang akan mampu membawa
kebaikan bagi kota yang saya cintai
ini.