Minggu, 19 Juni 2016

Iya, itu saya :)


Bukannya bermaksud narsis dengan meletakkan foto diri di buku menu Radja Ketjil. 
Tetapi itu ditempatkan hanya untuk menambah kesan perananakan, karena style foto yang jadul. 
Itupun bukan saya yang meminta. 
 (ihhh kalau saya yang minta, kebangetan narsisnya) 
Perkiraan awalnya adalah tidak ada yang mengenali. 
Tetapi ternyata di lapangan berbeda. 

Beberapa teman mengcapture, 
lalu mengirimkan hasilnya 
sambil komentar ini itu hahahaha
jadinya lebih fun sih 
membuka percakapan dan silahturami 

Membuka percakapan itu hal yang penting, terutama dengan pelanggan. 
Foto ini ternyata dapat menjadi pintu masuknya 

Seperti  saat outlet kedatangan banyak pelanggan 
dan ramai seperti ini  



saya sering ikut membantu anak-anak 
apakah membersihkan meja, mencuci piring 
atau melayani tamu. 

Kemarin sore, 
saya membersihkan piring-piring dari meja satu keluarga 
sang anak remaja tiba-tiba mencolek ibunya sambil menunjuk foto jadul di buku menu 
ahhhh saya tauuuu ... hehehe
jadi saya tersenyum manis  sambil mengangkati tisu-tisu kotor di meja 
"maaf ya saya clear-up piring kotornya, diganti dengan yang bersih" 
Ibunya yang menjawab 
"Iya terimakasih ya bu. Wahh sampai turun tangan sendiri" 
Nahhh awal percakapan yang baik yaaa 
sesudahnya saya menanyakan bagaimana makanannya? pelayanannya? 
sampai pada pesan : jangan bosan ya bu ke sini 

Sesudahnya, saat satu keluarga menunggu lama di bangku antrian 
saya dan area manajer bergegas mengambil meja tambahan dari penyimpanan 
Membongkar meja lalu bersama crew menempatkan di pojok ruangan.  

Salah satu dari keluarga  mengucapkan terimakasih dengan sangat sopan 
sambil menunjuk ke foto jadul itu juga
"Ibu ya" 
hahahahaha. 

suasana ini yang selalu mendatangkan rindu 
antara rasa senang karena banyak tamu 
 dan  rasa kuatir tidak bisa melayani pelanggan dengan baik 
Namun demikian, si foto jadul dalam buku menu itu 
seringkali menjadi jembatan yang manis untuk mengurai kekakuan2 dengan mereka. 

"Iya, itu saya" 

Semoga saya dan tim Radja Ketjil selalu dapat memberikan yang terbaik bagi para tamu kami. 










Minggu, 05 Juni 2016

MENGEJAR PREMIERE FILM DI FESTIVAL FILM CANNES, FRANCE. (“CAN YOU TAKE THIS LADY WITH YOU?” )

Mendapatkan undangan untuk menghadiri premiere film di Festival Film Cannes  bukan hal yang mudah. Walaupun kita sudah menjadi peserta, harus melakukan pendaftaran pada website setelah mendapatkan password log-innya.
Itupun belum tentu kita berhasil. Karena tentunya ribuan peserta juga melakukan pendaftaran, sementara tempat duduk yang tersedia sangat terbatas.
Suatu keberuntungan adalah jika mendapatkan undangan dari relasi.  Dan itu datangnya akan sangat tiba-tiba. Bisa 1 jam sebelum acaranya.  Sementara itu peraturan cara berpakaian sangat ketat : Formal dress (Gaun), high heels, jas atau tuxedo, dasi kupu-kupu.  Oleh karenanya banyak orang bersliweran dengan baju-baju formal ini, bahkan di jalanan. Atau yang memiliki booth di area promosi film, dapat menyimpan pakaian-pakaian tsb. 

Hari pertama aku masih menyimpan gaunku di ruang ganti booth. Tetapi sesudah melihat kemungkinan tipis untuk mendapatkan  tiket masuk, maka aku memutuskan untuk membawa pulang  gaun dan semua perlengkapannya.

Hari kedua memang tidak ada tawaran invitation.  Aku melakukan meeting dengan beberapa relasi dan datang pada Asian party

Hari ketiga, saat pulang dan akan mencapai apartemen, tiba-tiba ada what’s up dari seorang teman : Mbak siap di palais ya jam 9, dapet tiket premiere nih. Film korea.

Wahhh sekarang sudah jam 8.30.  Belum mandi dll. 
Dan kamar mandi terpakai.
Hah.
Naik apa yaaa. 
Butuh 12 menit untuk mencapai sana dengan mobil
Coba minta teman menghubungi uber.  Nah terlihat posisi si uber  hanya 1 menit dari lokasi apartement
Aku siap-siap ya. 

hayoooo cepat cepat dandannya

Ternyata driver uber melakukan balasan melalui sms.
Tetapi dengan bahasa Perancis
Ngak jelas  … ngak ada yang paham.

Walau demikian,  aku ditemani temanku Boby, turun ke lantai bawah.  Menunggu sang uber di jalanan depan apartemen
10 menit berlalu. 
WA dari teman yang di Palais : Dimana? Udah jalan?
Di sana ada Robby, Joko Anwar dan Salman Aristo yang masih setia di luar gedung menantikanku
Berangkat aja belum. Ubernya juga belum datang.
Mencari orang yang mengerti bahasa perancis untuk membaca  sms si driver
Nah ini ada orang baru turun dari lantai atas apartemen.   Dan dia mengenakan tanda peserta festival. Sama dengan kita

Boby melakukan inisiatif melakukan percakapan

“Sir,  are you going to Palais?”
“Yes”
“Can you take this lady with you? Because she is going to the premier”

Whatttttt??
Hahahahhahaha  Boby!!!
Can take this lady with you?
Udah desperate yaaa

“No, I can’t!  I’m walking there. She’s wearing a high heels!”
Hahahahhahaha
Ya iyaaa udah ngak ngejar juga ini, apalagi jalan
“Take a taxi, from there”

Malah jadi lupa nanyain sms si driver.

Boby memutuskan menyeberang taman, untuk mencari taksi,  meninggalkan aku sendirian di bawah lampu merah .
Ini judulnya jadi : Wanita  bergaun di lampu merah!
Tapi bukan lagu  The Police lhooo.



Lewat jam 9.  Aku mengirimkan WA ke Robby : “Rob, udah aku nyerah, ngak bisa ikut”. Sambil sedih juga karena  hilang kesempatan untuk merasakan suasana red carpet di theater utama  Cannes.
“Oke mbak. Besok aku cariin lagi ya, tapi bawa gaunnya ke booth”

Bobypun menyebrang dari taman tanpa hasil.

Selang sekian detik aku WA Robby,  tiba-tiba merapat  sebuah sedan mercy seri terbaru.
“Lhaaa jangan-jangan ini ubernya”
Dan ternyata benar!
Turunlah seorang pria hitam dengan style yang sangat cool!
Menggunakan topi ala-ala jazz dan jas hitam keren
Wahhhh  ini sebenarnya paket yang keren untuk turun di area Festival Cannes.
Tapi apa mau dikata, dia datang sangat terlambat!
Lebih dari 20 menit lho!
Aku tanya : Should I pay you?
Ehh dia tidak mengerti bahasa Inggris.  Malah masuk ke mobil untuk mengambil kwitansi sepertinya. 
Ya, berarti sudah terbayar 7 Euro dari kartu kreditku.
Nah pada saat aku mau membuka pintu mobilnya,  ntah kenapa, pegangan pintunya tiba-tiba lepas. Hah?
Bobby langsung menarikku dan kita langsung bilang : oke, oke …
Sesudahnya ngibrit masuk ke apartemen.

Bisa runyam ketiga kali. Gagal red carpet, bayar uber tanpa menaiki ubernya, trus harus ganti pegangan pintu mobil?

Hahahhaaha. 
Bersembunyi! 

Besoknya ke booth aku membawa koper berisi gaun dan tetek bengeknya.
Ternyata tidak diperbolehkan masuk si koper. Harus dititipkan di ruang penyimpanan koper di depan dermaga yacht. Ahhhh harus jalan kesana dengan hak tinggi dan menyeret koper?
Tapi dijalani juga.  Titip kopernya, ambil aja bajunya. Ini gaun si Biyan aku gotong ke sana sini mlulu.  Ngak usah pakai dandan-dandan deh, peralatannya tersandera. Yang penting : gaun dan high heels! 

Hingga akhirnya berhasillah aku mendapatkan undangan.

Sendirian tapi.
Nahh ini perkara baru. Mulai film jam 9.30.  Durasi 2,5 jam. Malam pulangnya gimana?  

Ini suasana red carpet - premier filmn dan bagaimana mencapai apartemen sesudahnya 



Dari pengalaman ini, 
bagi yang memiliki kesempatan untuk menghadiri premiere film di festival film Cannes lakukan hal-hal sbb : 
1. Selalu siapkan pakaian sesuai ketentuan : formal dress (gaun, jas) dan high heels
2. Bawa tas agak besar untuk menyimpan SANDAL!  Jadi sesudah acara selesai, ganti sepatu tinggi itu dengan sandal untuk siap-siap jika harus berjalan saat pulang. 
3. Bawa peralatan selfie yang berlensa bagus.  Karena dilarang membawa kamera, hanya hp atau ipad. Ini untuk berfoto-foto di area red carpet yang hanya sebentar waktunya. Atau kalau mau, ambil antrian paling belakang, sehingga memiliki waktu lebih lama untuk jeprat jepret di area tersebut. 







Sabtu, 04 Juni 2016

Bercanda di kampung Aquarium - Pasar Ikan, Luar Batang ( My Sunda Kelapa Trip)

Satu waktu, tiba-tiba ingin sekali pergi ke suatu tempat yang berbeda.
Bukan mall, bukan tempat kerja, bukan bioskop
Hmmm
Kemana yaaa …
Apa yang paling kuinginkan saat itu?
Mengcapture kapal!  Hahahaha
Setelah beberapa waktu lalu berkutat di daerah yacht mahal, mungkin bisa mendapat pemandangan yang lain.



Wokeh,
Ada kamera di mobil
Pasang Waze dan mengarah ke Sunda Kelapa.
Sudah pernah belum ya ke sana?
Lupa. Dulu naik jetfoil ke Pontianak dari sini atau dari Tanjung Priok ya?
Anyway,  Waze akhirnya menuntun untuk tiba di tujuan.

Parkir mobil dengan manis.
Membongkar  ransel. Nah ada lensa Cannon wide 16-35
Paslah.

Lalu kata seorang mas di sana : jalan kaki aja ke dalam.
(sesudahnya dia bilang asli dari NTB. Jadi panggilannya bukan mas yaaa)
Baiklah.
Panas sebenarnya, jam 11.15.  
Matahari bergerak ke atas.
Ngak bagus untuk moto. 
Tapi udah kagok ya. Kita teruskan saja.
Sendirian?  Ngak problem  … walaupun tampaknya yang beredar hanya para lelaki. 
Emansipasi kan …

Ini perahu atau kapal ya namanya
Hahaha.
Apa definisi pembedanya?
What so ever deh.

Coba jepret ...




Ehh tiba-tiba dari antara perahu  besar muncul satu sosok bapak , terus menghampiriku
“Yuk  saya antar keliling naik perahu”
Wahhhh …  ke mana?
“ Dari dalam,  lewatin kapal2 ini”
Berapa
“50 ribu aja bu”
Panas2 gini?
“Ngak kerasa, banyak angin”
Hahahahaha.
Akhirnya ikutlah aku.
Dengan awalan perahu yang menyusup diantara dua perahu besar, menuju sungai.  
Seruuuuu. 





Dan ini beberapa hasil capture-nya
















Asyik sih …
Panas, tapi aku menikmati.




“Bu, mau ke kampung ngak?
Kampung apa?
“Yang digusur Ahok, pasar Ikan ”
Luar batang?
“Kampung Aquarium”

Ya hayukkk .
Sambil penasaran, seperti apa
Perahu hijau mengarah ke kampung itu 







Merapat di dermaga kecil





Lalu melompat ke ujung depan perahu yang lebih besar
Hap … aku sudah lebih gesit dibanding pertama masuk ke perahu.

Dan beradalah aku di daerah bongkaran

“Ibu foto2 aja di sana, saya tunggu di warung”
Boleh foto?
“Banyak yang foto2 kok”

Memang ada serombongan remaja  yang sedang wefie dengan latar belakang perahu.
“Mbak, boleh dong fotoin kita”
hahahahaha.
Selamat datang pada dunia lain.

Melalui bedeng-bedeng petak  dari kayu dan terpal.
Terdengar suara-suara, 
“Manaaa senyumnya”
“Nahhh senyum lagi”
"kissbay kissbay"
hmmm pasti ada balita.
Mau melongok, masih sungkan
yang terlihat hanya tv kecil


Di petak sebelahnya,
Lebih terbuka.  2 anak dan ibunya  sedang asyik makan
Wahhh makan apa ya
“Cumi bu”
Enak yaa. Hasil nangkep atau beli bu  (memang kelihatannya enak)
“Ini ada yang minta saya masakin. Kalau beli mana ada uang saya. Sini, ibu mau?”
(Baiknyaaaaa)
Ngak bu, terimakasih yaa.  Selamat makan.

Aku berlalu.








Mencari pak Bakar, si tukang perahu itu
Dia ada di petak lainnya
Asyik minum kopi dan merokok.
Sementara di dalamnya ada dua orang lain, perempuan dan laki-laki
Permisi yaaa, mau lewat ke depan boleh?
“Boleh bu”


Lalu tampaklah pemandangan ini.
Tenda-tenda, untuk mereka yang tidak mau pindah ke rusun







Aku kembali ke petak warung
Dua orang itu sedang asyik makan
Ternyata yang perempuan – Zaskia (terdengarnya sih Zaskia)  anak yang punya warung.
Keluarga besarnya dulu punya rumah di area yang digusur, 
tinggal sejak tahun 1960-an
Sekarang  mereka mengontrak di area dekat situ.
Kenapa ngak pindah ke rusun?
“Ngak, sempit”
hmmm
Yang laki-laki awalnya bilang mereka bersaudara, 
tapi akhirnya mengaku juga kalau pacar Zaskia.  
Masih skripsi di perguruan tinggi di Tangerang jurusan Ekonomi.
Aku memanggil dia Cecep. Karena dia ngak mau memberi tahu nama sebenarnya
Zaskia sendiri kerja menjadi administrator di perusahaan kontraktor

Cecep itu si Ncep - Anjas Asmara 
"Iya bu, Cintaku di Rumah Susun" 
ehhh hapal yaa
"Banget!. Makanya ngak mau ke rusun. Ntar jadi Ncep" 
Hahahaha. 

Aku kenal Anjas. Kalau dia ke sini 
ngajak pindah, mau pindah ngak? 
(Apa hubungannya yaaa) 

"Wahhh kenal yaa. Ke sini buu" 





Buka warung gini, sapa yang beli?
Wahhhh  si Cecep ketawa
Yaaaa yang di sini-sini aja hahaha.

Perbincangan yang penuh candaan.
Tapi dari seorang Cecep keluar kata-kata
“Saya mau jadi pengusaha. Kata Bob Sadino juga, sekecil apapun usahanya, kita yang jadi raja”
Wahhhh top. 
Pengusaha juga pusing cep.
“Hidup itu memang harus pusinglah bu”
hahahahaha.

“Ibu dari media mana”
Nahhh  apa.  Banyak media yang ke sini
Ngak dari media mana-mana. Pengen aja ke sini. 
Ketemu kamu 
hahaha. 

Hampir sejam bersama mereka.
Kopi di gelas pak Bakar juga sudah tinggal ampasnya

Aku berpamitan
“Bu, main ke sini lagi yaaa”
Iyaaaa. 
Aku benar berjanji.  
Kalau ada waktu luang aku tidak keberatan untuk duduk-duduk manis di petak ini.
(Eh semoga sudah mendapatkan tempat yang lebih baik deng)

Sebelum pergi, foto dulu dengan Cecep 




Saat akan melompat lagi ke dalam perahu hijau, 
seorang anak kecil 4 tahunan menarik tanganku.
Yaaa…. Ternyata dia mengajak tos.  Ahhhhh  lucunya.
Universal
di manapun anak kecil akan selalu seperti ini 
riang tanpa beban

Akhir perjalanan perahu ini 
melalui lagi gang kapal 





Hap, lompatan terakhirku ke daratan Sunda Kelapa. 

Terimakasih ya pak Bakar 
Aku memberikan uang lebihan - Rp200.000,- 
Karena pak Bakar sudah menjadi teman yang baik hari ini

Bukan membeli pertemanan, 
tetapi menghargai usahanya yang di usia 70 tahun masih rajin, 
mendatangi calon pelanggan. 



Perjalanan yang menarik.
Di daerah bermasalah
walaupun aku pro pada kebijakan Ahok
tetapi aku, Cecep, Zaskia dan pak Bakar 
dapat bercakap dengan baik 
dan mengawali sebuah pertemanan yang positif. 

Penutup : 
suami di rumah tanya - pakai rompi pengaman ngak? 
(Ngak) 
Kalau ada apa-apa gimana?  Sapa yang tau kamu di situ.
(Iya lupa bilang kalau main ke sana hehehe)