Apa respon orang jika nama ini disebutkan : Erick Thohir ?
Sebagian
besar akan secara spontan berkata : Gila tuh orang.
Gila
karena sakit jiwa? Tentunya bukan!
Gila
karena lompatan energinya berhasil menempatkan seorang Erick Thohir menjadi
salah satu pemilik klub bola papan atas Italia – Inter Milan. Bahkan terpilih menjadi Presiden klub
tersebut.
Seorang
teman berkali kali mengatakan kepadaku : “Gila kak, ini kan Inter Milan. Dan dia orang Indonesia. Masih sesuatu yang fantastis di otak gue. Kerja dengan dia bagaimana sih?”
Bagaimana?
Selalu baik.
Aku
akan sangat lancar menceritakannya.
Mengenal
Erick Thohir pertama kali di 6,5 tahun lalu.
Saat itu peralihan kepemilikan PT Lativi Mediakarya dari Abdul Latief ke
Bakrie Grup. Beliau menjadi Presiden Direkturnya. Sebelumnya aku mengetahui namanya hanya sekelibatan sebagai pemilik JakTV. Lalu pada pertemuan pertama aku
mendapati seorang muda yang
energik dan ramah, mendatangi dan menyalami semua karyawan. Kami memanggilnya dengan nama : pak
Erick.
Sebagai
seorang karyawan, aku hanya berpikir bagaimana mampu mempertahankan seluruh tim
pada masa transisi kepemilikan ini.
Saat
itu aku memegang promo On-air dan Off-air.
Seringkali juga terlibat dalam diskusi2 program acara dan kebutuhan
marketing. Apakah akan ada tim baru
sebagai pengganti? Atau akankah ada
seleksi?
Aku
selalu menekankan hal ini pada seluruh anggota : bekerja konsisten dengan kualitas yang baik.
Secara
rutin Pak Erick datang pagi. Berkeliling kantor, menyapa setiap orang. Yang kuingat hingga
saat ini adalah kaos polo hitam, jeans,
dan sepatu hitamnya. Menyebarkan
keramahan dan semangat. Mungkin juga
untuk mengkikis banyak rasa saling curiga di masa itu.
Pernah
satu pagi aku sedang duduk santai di meja,
memberikan briefing kepada beberapa staf, beliau lewat.
Tentunya aku segera turun dari meja, karena memang tidak layak. Tapi pak Erick mengatakan : “Ngak papa, terusin aja. Santai aja. Saya ikutan ya ”. Judul
saat itu menjadi “briefing bersama
boss dgn duduk di atas meja dan kaki di kursi”
Tugas harian tetap berjalan. Pak Erick memintaku mempresentasikan apa saja yang sudah
dilakukan oleh tim promo, cakupan
pekerjaan dan struktur organisasinya.
Aku rasa semua departemen melakukan hal yang sama. Lalu sebagai umpan balik beliau meminta aku
mengembangkan konsep program anak melalui on-air dan off-air promo. Aku mempersiapkan sebaik-baiknya, termasuk
perhitungan penempatan materi promo pada slot
on-air. Kebetulan aku memang
senang membuat materi presentasi dan analisis2. Belakangan hari aku memperkirakan bahwa ini
adalah cara beliau untuk mengetahui kapabilitas dan kemampuan masing2
stafnya. Mungkin nilaiku cukup baik,
karena saat terjadi restrukturisasi, aku
mendapat tugas tambahan untuk mengurus
post pro/ graphic. Saat
tugas ini diberikan ada kekisruhan karena sebagian besar anak-anak post
pro itu menolak berada dibawah kepemimpinanku.
Aku sendiri tidak terlalu perduli.
Mungkin mereka tahu kalau aku sangat nyinyir dan demanding. Hanya aku bingung, bisa ya perintah atasan dibatalkan. Pada akhirnya aku menolak karena aku
lebih berkonsentrasi pada hal yang sudah ada didepanku. Impresiku untuk hal ini : pak Erick sudah mulai mempercayaiku.
Tantangan
lain kembali dilemparkan oleh beliau : memimpin tim launching tvOne. Aku?
Aku berhitung kembali dengan cermat.
Pekerjaan bukan masalah. Yang terlihat akan menjadi hambatan adalah menyatukan orang-orang besar
pertelevisian. Ada Karni Ilyas, Nurjaman,
Toto, Alex Kumara, Otis Hahijari. Aku menegosiasikan posisi ini dan memilih
untuk menjadi wakil pimpinan saja.
Tetapi aku bersedia memimpin
koordinasi lapangannya. Komite
mau menerima alasanku dan menempatkan Pak
Teuku Chairul yang lebih senior
untuk mengambil tanggung jawab proyek ini.
Aku bisa bekerjasama baik dengan pak Teuku.
Yang
menarik adalah saat pak Erick memanggilku
dan menanyakan perihal gaji. Aku
bisa menangis. Karena selama ini aku
bekerja mati-matian, tidak ada yang
pernah menanyakan masalah sensitif ini.
Biasanya adalah pernyataan : kalau gaji kamu kecil, ya salah
sendiri. Kenapa negosiasi awalnya
segitu. Jadi tunggu saja kenaikan
tahunan. Bahkan dengan beberapa stafku,
angkaku ada dibawah mereka. Lalu pak Erick mengatakan : “Kerjakan
launching ini dengan baik. Saya akan
berjuang untuk kamu”
Apa
yang bisa aku katakana tentang hal ini?
Aku tercengang. Tentu saja tanpa diminta aku
akan sekuat tenaga berjuang agar
launching ini berhasil. Tidak hanya saat
event peluncuran, tetapi juga pencapaian persepsi target penonton. Lalu, bapak satu ini mengatakan akan
memperjuangkanku!
Dan
janjinya itu beliau tepati. Saat
semuanya berjalan baik, angkaku naik
hampir 100%! . Ada satu direksi yang
berkomentar : “Kamu naiknya paling tinggi tahuuu” . Lalu pak Erick menjawab santai : “Nah, kamu
yang keterlaluan menggaji dia kecil banget”.
Hahahaa, mengabdi 6 tahun dengan
bekerja hampir 24 jam sehari, dan baru
saat itu mengetahui bahwa gaji dan kemampuanku sangat tidak sepadan.
Dalam
proses event tsb, ada satu hal lagi yang aku pelajari : kerendahan hati. Saat tvOne membutuhkan Melly Goeslow untuk menciptakan lagu korporat, aku berhasil
menghubungi manajernya pada jam 10 malam.
Jawabannya cukup menyebalkan : “Punya dana segini ngak. Kalau ngak ada, lupain aja”. Rasanya mau aku
gebok. Ya pasti adalah. Aku meluapkan kekesalan ini dengan mengirim
sms ke pak Erick. Jam 12 malam beliau
menelepon : “Sabar … kita merendah
saja. Memang ini adalah keahlian
mereka. Kita yang butuh”. Dengan kerendahan hati, akhirnya bisa
terlaksana juga penciptaan lagunya. Aku
menuliskan liriknya, Melly merevisi
sesuai dengan melodi. Akupun berbaikan
dengan sang manajer yang jutek itu.
Setahun setelah peluncuran aku mengajukan pengunduran diri. Kebetulan bisnis keluargaku mulai berkembang. Pengunduran
diri ini tidak serta merta disetujui. Baru sesudah 4 bulan, surat resignku di acc.
Itupun karena pak Erick yang mengingatkan : “Kasianlah,
tandatangani tuh”.
Tiga bulan merasakan kebebasan, tiba-tiba ada sms
masuk : “Bisa bicara?”
dari Erick Thohir. Tentu saja
bisa pak. Beliau menawarkan untuk
mencoba bergabung di Mahaka Group.
Kebetulan ada proyek yang cocok dengan kemampuanku. Aku bersedia untuk mencoba.
Babak
baru dimulai. Kali ini bekerja pada group milik Erick Thohir.
Mengerjakan
proyek yang masih belum jelas. Aku
merasa sebenarnya pak Erick ingin memberiku kesempatan untuk berkreasi.
Lalu
pada suatu pagi beliau menelpon : “Mau bantu membuat tivi lagi?”
Meluncurlah
pada timeline yang tepat aliftv –
saluran muslim pada telkomvision. Pada
saat menyiapkan launchingnya , ada
diskusi tentang bentuk acara. Kalau
nyanyian dan tarian sudah umum.
Bagaimana jika film pendek ? Pak
Erick selalu melemparkan tantangan baru
untukku. Aku rasa beliau sudah
memahami, bahwa aku adalah orang proyek yang selalu mau mencoba hal baru. Aku mencari tahu siapa sutradara terbaik
untuk film Islami. Satu nama yang keluar
Hanung Bramantyo. Lalu mengejar
sutradara ini dan berhasil menemuinya di Transtv. Orangnya ternyata sama juteknya dengan
manajer Melly. Hahahaha. Tapi aku sudah
belajar sabar. Pertanyaannya juga sama
: “Punya segini ngak budgetnya? Kalau ngak, ngak bisa”
Aku
juga ngotot : “Aku ngak punya segitu,
tapi aku mau mas Hanung yang bikin”. Mas Hanung melunak melihat kegigihanku. Dan berhasil!
Film pendek berjudul “Apa itu
Islam” diapresiasi banyak orang.
Dari
keberhasilan ini, bergulirlah ide gila
lainnya : ayo membuat film layar lebar.
“Kamu pilih dimana? TV atau film?” .
Jarang-jarang ada pilihan pekerjaan yang dilemparkan oleh owner. Dengan segala pertimbangan dan keterbatasaku
jika berada di saluran muslim, aku memilih untuk membantu pak Erick di
film.
Aku
belum mengatakan kepada pak Erick bahwa film adalah impian lamaku. Dan
tiba-tiba beliau membukakan pintu itu padaku.
Aku juga belum menyampaikan rasa terimakasih untuk hal ini. Mungkin tidak perlu disampaikan, yang terpenting melakukan semuanya dengan
baik dan profesional.
Babak
baru lagi : Mahaka Pictures! Banyak
pelajaran baru : film bukan hanya perihal filmnya sendiri. Banyak hal lain. Diperlukan kreatifitas, kesabaran, keuletan,
strategi. Terlebih jika sang film menghadapi gempuran komentar ataupun tuntutan
hukum. Aku rasa aku berada di tim yang
sangat baik. Pekerjaan ini lebih banyak
berupa virtual team. Pada intinya adalah aku seorang diri, lalu seluruh group
memberikan dukungan. Siapa yang harus
masuk, siapa yang harus menegokan dll.
Pak Erick juga turun tangan langsung untuk hal-hal yang sangat
penting. Aku menjadi lebih matang
menghadapi banyak hal. Bertempur bersama
para lawyer, teman publikasi dll. Seperti saat film Tanda Tanya dan
Soekarno. Dua film yang tidak biasa. Lalu
ada film lain yang sedang kuperjuangkan untuk dapat ditayangkan pada awal tahun
ini. Sungguh membutuhkan kemampuan
negosiasi tingkat tinggi terkait kontennya.
Pak Erick berulang kali mengingatkanku
: “Sabar … “
Sangat
lancar kan menceritakannya.
Apakah
ada perubahan dengan keterlibatan pak Erick di Inter Milan?
Ada.
Yang
terasa jelas adalah waktu beliau sudah terpecah antara Indonesia dan Luar
negeri. Walaupun intensitas komunikasi
masih terjaga melalui email dan sms, namun tidak mudah lagi menemui beliau .
Yang
tidak hilang walaupun dia adalah
seorang Presiden Inter Milan adalah sms
sopannya : “Free?” atau “Bisa bicara?” J
Disela
jadwalnya yang padat, pada pertemuan
lalu beliau memberi wejangan : yang
terpenting adalah integritas seseorang.
Kejujuran dan loyalitas.
Aku
sudah merasakan sepanjang 6,5 tahun
ini. Seorang Erick Thohir akan
memperjuangkanmu jika kamu memiliki
integritas yang tinggi. Tentunya juga dengan perbaikan diri berdasarkan masukan
beliau atas kekurangan kita.