Sabtu, 04 Juni 2016

Bercanda di kampung Aquarium - Pasar Ikan, Luar Batang ( My Sunda Kelapa Trip)

Satu waktu, tiba-tiba ingin sekali pergi ke suatu tempat yang berbeda.
Bukan mall, bukan tempat kerja, bukan bioskop
Hmmm
Kemana yaaa …
Apa yang paling kuinginkan saat itu?
Mengcapture kapal!  Hahahaha
Setelah beberapa waktu lalu berkutat di daerah yacht mahal, mungkin bisa mendapat pemandangan yang lain.



Wokeh,
Ada kamera di mobil
Pasang Waze dan mengarah ke Sunda Kelapa.
Sudah pernah belum ya ke sana?
Lupa. Dulu naik jetfoil ke Pontianak dari sini atau dari Tanjung Priok ya?
Anyway,  Waze akhirnya menuntun untuk tiba di tujuan.

Parkir mobil dengan manis.
Membongkar  ransel. Nah ada lensa Cannon wide 16-35
Paslah.

Lalu kata seorang mas di sana : jalan kaki aja ke dalam.
(sesudahnya dia bilang asli dari NTB. Jadi panggilannya bukan mas yaaa)
Baiklah.
Panas sebenarnya, jam 11.15.  
Matahari bergerak ke atas.
Ngak bagus untuk moto. 
Tapi udah kagok ya. Kita teruskan saja.
Sendirian?  Ngak problem  … walaupun tampaknya yang beredar hanya para lelaki. 
Emansipasi kan …

Ini perahu atau kapal ya namanya
Hahaha.
Apa definisi pembedanya?
What so ever deh.

Coba jepret ...




Ehh tiba-tiba dari antara perahu  besar muncul satu sosok bapak , terus menghampiriku
“Yuk  saya antar keliling naik perahu”
Wahhhh …  ke mana?
“ Dari dalam,  lewatin kapal2 ini”
Berapa
“50 ribu aja bu”
Panas2 gini?
“Ngak kerasa, banyak angin”
Hahahahaha.
Akhirnya ikutlah aku.
Dengan awalan perahu yang menyusup diantara dua perahu besar, menuju sungai.  
Seruuuuu. 





Dan ini beberapa hasil capture-nya
















Asyik sih …
Panas, tapi aku menikmati.




“Bu, mau ke kampung ngak?
Kampung apa?
“Yang digusur Ahok, pasar Ikan ”
Luar batang?
“Kampung Aquarium”

Ya hayukkk .
Sambil penasaran, seperti apa
Perahu hijau mengarah ke kampung itu 







Merapat di dermaga kecil





Lalu melompat ke ujung depan perahu yang lebih besar
Hap … aku sudah lebih gesit dibanding pertama masuk ke perahu.

Dan beradalah aku di daerah bongkaran

“Ibu foto2 aja di sana, saya tunggu di warung”
Boleh foto?
“Banyak yang foto2 kok”

Memang ada serombongan remaja  yang sedang wefie dengan latar belakang perahu.
“Mbak, boleh dong fotoin kita”
hahahahaha.
Selamat datang pada dunia lain.

Melalui bedeng-bedeng petak  dari kayu dan terpal.
Terdengar suara-suara, 
“Manaaa senyumnya”
“Nahhh senyum lagi”
"kissbay kissbay"
hmmm pasti ada balita.
Mau melongok, masih sungkan
yang terlihat hanya tv kecil


Di petak sebelahnya,
Lebih terbuka.  2 anak dan ibunya  sedang asyik makan
Wahhh makan apa ya
“Cumi bu”
Enak yaa. Hasil nangkep atau beli bu  (memang kelihatannya enak)
“Ini ada yang minta saya masakin. Kalau beli mana ada uang saya. Sini, ibu mau?”
(Baiknyaaaaa)
Ngak bu, terimakasih yaa.  Selamat makan.

Aku berlalu.








Mencari pak Bakar, si tukang perahu itu
Dia ada di petak lainnya
Asyik minum kopi dan merokok.
Sementara di dalamnya ada dua orang lain, perempuan dan laki-laki
Permisi yaaa, mau lewat ke depan boleh?
“Boleh bu”


Lalu tampaklah pemandangan ini.
Tenda-tenda, untuk mereka yang tidak mau pindah ke rusun







Aku kembali ke petak warung
Dua orang itu sedang asyik makan
Ternyata yang perempuan – Zaskia (terdengarnya sih Zaskia)  anak yang punya warung.
Keluarga besarnya dulu punya rumah di area yang digusur, 
tinggal sejak tahun 1960-an
Sekarang  mereka mengontrak di area dekat situ.
Kenapa ngak pindah ke rusun?
“Ngak, sempit”
hmmm
Yang laki-laki awalnya bilang mereka bersaudara, 
tapi akhirnya mengaku juga kalau pacar Zaskia.  
Masih skripsi di perguruan tinggi di Tangerang jurusan Ekonomi.
Aku memanggil dia Cecep. Karena dia ngak mau memberi tahu nama sebenarnya
Zaskia sendiri kerja menjadi administrator di perusahaan kontraktor

Cecep itu si Ncep - Anjas Asmara 
"Iya bu, Cintaku di Rumah Susun" 
ehhh hapal yaa
"Banget!. Makanya ngak mau ke rusun. Ntar jadi Ncep" 
Hahahaha. 

Aku kenal Anjas. Kalau dia ke sini 
ngajak pindah, mau pindah ngak? 
(Apa hubungannya yaaa) 

"Wahhh kenal yaa. Ke sini buu" 





Buka warung gini, sapa yang beli?
Wahhhh  si Cecep ketawa
Yaaaa yang di sini-sini aja hahaha.

Perbincangan yang penuh candaan.
Tapi dari seorang Cecep keluar kata-kata
“Saya mau jadi pengusaha. Kata Bob Sadino juga, sekecil apapun usahanya, kita yang jadi raja”
Wahhhh top. 
Pengusaha juga pusing cep.
“Hidup itu memang harus pusinglah bu”
hahahahaha.

“Ibu dari media mana”
Nahhh  apa.  Banyak media yang ke sini
Ngak dari media mana-mana. Pengen aja ke sini. 
Ketemu kamu 
hahaha. 

Hampir sejam bersama mereka.
Kopi di gelas pak Bakar juga sudah tinggal ampasnya

Aku berpamitan
“Bu, main ke sini lagi yaaa”
Iyaaaa. 
Aku benar berjanji.  
Kalau ada waktu luang aku tidak keberatan untuk duduk-duduk manis di petak ini.
(Eh semoga sudah mendapatkan tempat yang lebih baik deng)

Sebelum pergi, foto dulu dengan Cecep 




Saat akan melompat lagi ke dalam perahu hijau, 
seorang anak kecil 4 tahunan menarik tanganku.
Yaaa…. Ternyata dia mengajak tos.  Ahhhhh  lucunya.
Universal
di manapun anak kecil akan selalu seperti ini 
riang tanpa beban

Akhir perjalanan perahu ini 
melalui lagi gang kapal 





Hap, lompatan terakhirku ke daratan Sunda Kelapa. 

Terimakasih ya pak Bakar 
Aku memberikan uang lebihan - Rp200.000,- 
Karena pak Bakar sudah menjadi teman yang baik hari ini

Bukan membeli pertemanan, 
tetapi menghargai usahanya yang di usia 70 tahun masih rajin, 
mendatangi calon pelanggan. 



Perjalanan yang menarik.
Di daerah bermasalah
walaupun aku pro pada kebijakan Ahok
tetapi aku, Cecep, Zaskia dan pak Bakar 
dapat bercakap dengan baik 
dan mengawali sebuah pertemanan yang positif. 

Penutup : 
suami di rumah tanya - pakai rompi pengaman ngak? 
(Ngak) 
Kalau ada apa-apa gimana?  Sapa yang tau kamu di situ.
(Iya lupa bilang kalau main ke sana hehehe)
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar