Pagi hari, duduk manis untuk melakukan regular meeting
dengan salah satu staf talent management yang aku kelola. Membahasa
masalah-masalah rutin, dengan beberapa progres pengembangan talent.
4 tahun lalu, ketika tiba-tiba aku diminta memimpin unit usaha ini, dengan spontan aku bertanya :
“Ngak salah pak?”
Nama talent management ini pernah sangat besar, dengan
banyak artis tenar yang dikelola. Kemudian meredup.
Aku menyadari bahwa
aku sama sekali tidak ada pengalaman
dalam mengembangkan bakat seseorang, selain anakku tentunya. Begitu pula
dengan pasarnya. Jualannya gimana
yaaa. Ini jualan “orang”, jualan
“kemampuan orang”.
Tapi aku melihat, bahwa dari perjalanan naik turunnya
perusahaan ini, yang diperlukan owner
adalah orang yang dapat dipercaya.
Akhirnya aku menjawab : “Oke pak, saya coba”
Bukan hal mudah ternyata. Bongkar pasang partnership dan
team. Memikirkan darimana datangnya
income. Karena jika mengandalkan fee
dari talentnya tidak akan mencukupi untuk menutup biaya operasional. Kala itu
lebih banyak melakukan event-event yang dipaketkan dengan host yang kita
miliki. Tapi kita kan bukan event
organizer. Jadi ada yang keliru dari
business modelnya.
Sepanjang waktu pertanyaannya selalu sama : “Talentnya
sekarang siapa saja?”
Hmmmm. Standar!
Hingga akhirnya kita menemukan “rumah” baru , partner baru
dan business model yang baru juga.
Posisiku pun bergeser karena sang
owner tidak lagi menjadi pemilik saham terbesar. Tidak masalah. Aku masih terlibat dalam day by day
operasional dan penentuan strategi.
Lalu mulai dilakukan pembagian departemen :
Talent Management
untuk pengembangan talent dan
penjualan,
Talent Agency
untuk menjualkan talent-talent
yang tidak dimiliki sendiri. Departemen
ini juga yang mengurus kontrak dan keperluan talent-talent yang dipergunakan
untuk kepentingan client internal (satu group), termasuk pengurusan ijin,
akomodasi dan perjalanan artis-artis
luar.
Departemen lainnya mengurus PSK (Penonton Studio Komersil) yang dipergunakan
oleh stasiun televisi.
Proses melebur dalam rumah baru ini juga tidak gampang. Butuh lebih dari setahun untuk bisa mulai
masuk. Selama dalam proses itu banyak
sekali cibiran yang diterima dari para pegawai rumah baru. Aku memahami, saat tiba-tiba sebuah lahan
terusik, maka mereka akan bereaksi. Tidak dapat dipungkiri, di bisnis ini
uang siluman banyak beredar. Dan penertiban ini adalah salah
satu tujuan dari pekerjaan kita J. Timku juga belum melakukan pekerjaan dengan
benar, sehingga bisa jadi cibiran belum bisa ditarik dari mulut orang-orang tsb.
Yang terpenting,
menjaga
emosi dan kegigihan.
Lalu memasuki 2016, unit usaha ini mulai terlihat kemajuan.
Kondisi keuangan membaik.
Dari bertahun-tahun lalu
bergantung kepada event, sekarang bisa bersandar pada income dari talent
secara keseluruhan: Talent Management, Talent Agency, Pengaturan PSK.
Sisdur dan administrasi mulai rapih.
Masih ada permasalahan dalam SDM. Tetapi mulai menemukan
ritmenya. Aku juga menjadi ratu tega jika harus merumahkan mereka yang tidak
capable. Karena ketidakmampuan mereka
menjadi beban bagi teman-teman lainnya yang harus berlari cepat. Ada friksi sana sini, tapi masih dalam batas
wajar.
Departemen Talent Management
berusaha lagi dari bawah. menemukan talent-talent baru. Butuh kesabaran. Terlihat baru ada 3 yang potensial, namun
sudah mampu mendapatkan income yang memadai.
Departemen Talent Agency mulai mendapat kepercayaan untuk mengurus kedatangan seluruh artis-artis dari luar negeri yang akan tampil pada show-show di televisi.
Aku selalu memberikan motivasi kepada para stafku. Untuk selalu kuat, karena kita selalu dipandang
dengan sebelah mata. Kita memang
mengemban tugas yang tidak mudah.
Termasuk saat meeting
ini, ketika stafku berkata :
“Bu. Kemarin di meeting client internal. Ada teman yang
mengatakan bahwa kita dipakai sebagai bahan lucu-lucuan. Ituuu dari menangani artis-artis besar, sekarang hanya menangani PSK. Dari agency besar, sekarang hanya seperti Ely
Sugigi. Kalau ditanya talentnya siapa
aja, mereka menyebut nama-nama orang
yang kita ngak kenal. Saya jadi malu hati bu”
Hmmm.
Aku terusik juga.
Tapi aku menjawab :
“Kenapa malu? Kita bukan maling. Apa yang salah dengan Ely
Sugigi? “
Itu paling celotehan anak-anak kreatif kemarin sore.
Yang hidupnya dari hari ke hari berkutat dengan hal yang
sama
Tidak memikirkan bagaimana sebuah unit usaha
pontang-panting untuk bisa bertahan dan
membuat kemajuan.
Aku sangat menghormati seorang Ely Sugigi.
Dia seorang inspirator dan pemberani. Dia bisa mengubah hidupnya.
Sesudah menangani PSK, aku menyadari bahwa apa yang
ditertawakan oleh anak-anak piyik itu bukanlah pekerjaan mudah. Mengelola PSK
dan memastikan ratusan orang hadir pada sebuah event secara tepat waktu itu
juga luar biasa.
“Kamu, harus bangga dengan pekerjaan kamu. Apapun yang orang katakan tentang unit kita, kita harus lurus. Kita tidak usah
malu karena kita bukan maling. Kita
berusaha, dan sekarang mulai ada hasilnya. Apa yang mereka katakan harus jadi
motivasi agar kita lebih baik lagi. Justru kamu harus mencontoh Ely Sugigi”
Klise?
Sepertinya.
Tapi kata-kata itu benar yang aku sampaikan
Dan itu benar yang aku rasakan
Seluruh cemoohan orang adalah penyemangat.
Karena kita adalah warrior sejati!
Berjuang sampai darah penghabisan.
Hasil yang baik yang
akan membungkam mulut-mulut jail itu.
Apalagi mulut anak-anak kemarin sore.
Peace!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar