Jumat, 08 April 2016

Kenapa malu, kita bukan maling!

Pagi hari, duduk manis untuk melakukan regular meeting dengan salah satu staf talent management yang aku kelola. Membahasa masalah-masalah rutin, dengan beberapa progres pengembangan talent.

4 tahun lalu, ketika tiba-tiba aku diminta memimpin  unit usaha ini, dengan spontan aku bertanya : “Ngak salah pak?” 
Nama talent management ini pernah sangat besar, dengan banyak artis tenar yang dikelola. Kemudian meredup.

Aku menyadari bahwa  aku sama sekali tidak ada pengalaman  dalam mengembangkan bakat seseorang, selain anakku tentunya. Begitu pula dengan pasarnya.  Jualannya gimana yaaa.  Ini jualan “orang”, jualan “kemampuan orang”.

Tapi aku melihat, bahwa dari perjalanan naik turunnya perusahaan ini,  yang diperlukan owner adalah orang yang dapat dipercaya.  Akhirnya aku menjawab : “Oke pak, saya coba”

Bukan hal mudah ternyata. Bongkar pasang partnership dan team.  Memikirkan darimana datangnya income.  Karena jika mengandalkan fee dari talentnya tidak akan mencukupi untuk menutup biaya operasional. Kala itu lebih banyak melakukan event-event yang dipaketkan dengan host yang kita miliki.   Tapi kita kan bukan event organizer.  Jadi ada yang keliru dari business modelnya.
Sepanjang waktu pertanyaannya selalu sama : “Talentnya sekarang siapa saja?”
Hmmmm. Standar! 

Hingga akhirnya kita menemukan “rumah” baru , partner baru dan business model yang baru juga.  Posisiku pun bergeser  karena sang owner tidak lagi menjadi pemilik saham terbesar.  Tidak masalah.  Aku masih terlibat dalam day by day operasional dan penentuan strategi.

Lalu mulai dilakukan pembagian  departemen :
Talent Management  untuk pengembangan talent  dan penjualan, 
Talent Agency  untuk  menjualkan talent-talent yang tidak dimiliki sendiri.  Departemen ini juga yang mengurus kontrak dan keperluan talent-talent yang dipergunakan untuk kepentingan client internal (satu group), termasuk pengurusan ijin, akomodasi  dan perjalanan artis-artis luar. 
Departemen lainnya mengurus PSK  (Penonton Studio Komersil) yang dipergunakan oleh stasiun televisi. 

Proses melebur dalam rumah baru ini juga tidak gampang.  Butuh lebih dari setahun untuk bisa mulai masuk.  Selama dalam proses itu banyak sekali cibiran yang diterima dari para pegawai rumah baru.  Aku memahami, saat tiba-tiba sebuah lahan terusik, maka mereka akan bereaksi. Tidak dapat dipungkiri, di bisnis ini uang siluman banyak beredar. Dan penertiban ini adalah salah satu tujuan dari  pekerjaan kita J.  Timku juga belum melakukan pekerjaan dengan benar, sehingga bisa jadi cibiran belum bisa ditarik dari mulut orang-orang tsb. 

Yang terpenting, 
menjaga emosi dan kegigihan.  

Lalu memasuki 2016,  unit usaha ini mulai terlihat kemajuan.
Kondisi keuangan membaik. 
Dari bertahun-tahun lalu  bergantung kepada event, sekarang bisa bersandar pada income dari talent secara keseluruhan: Talent Management, Talent Agency, Pengaturan PSK.

Sisdur dan administrasi mulai rapih.
Masih ada permasalahan dalam SDM. Tetapi mulai menemukan ritmenya. Aku juga menjadi ratu tega jika harus merumahkan mereka yang tidak capable.  Karena ketidakmampuan mereka menjadi beban bagi teman-teman lainnya yang harus berlari cepat.  Ada friksi sana sini, tapi masih dalam batas wajar.

Departemen Talent Management  berusaha lagi dari bawah. menemukan talent-talent baru.  Butuh kesabaran.  Terlihat baru ada 3 yang potensial, namun sudah mampu mendapatkan income yang memadai.  

Departemen Talent Agency mulai mendapat kepercayaan untuk mengurus kedatangan seluruh artis-artis dari luar negeri yang akan tampil pada show-show di televisi. 

Aku selalu memberikan motivasi kepada para stafku.  Untuk selalu kuat, karena kita selalu dipandang  dengan sebelah mata.  Kita memang  mengemban tugas yang tidak mudah. 

Termasuk saat  meeting ini, ketika stafku berkata :
“Bu. Kemarin di meeting client internal. Ada teman yang mengatakan bahwa kita dipakai sebagai bahan lucu-lucuan.  Ituuu dari menangani artis-artis besar, sekarang hanya menangani PSK. Dari agency besar, sekarang hanya seperti Ely Sugigi.  Kalau ditanya talentnya siapa aja,  mereka menyebut nama-nama orang yang kita ngak kenal. Saya jadi malu hati bu”

Hmmm.
Aku terusik juga.
Tapi aku menjawab : 
“Kenapa malu? Kita bukan maling. Apa yang salah dengan Ely Sugigi? “

Itu paling celotehan anak-anak kreatif kemarin sore.
Yang hidupnya dari hari ke hari berkutat dengan hal yang sama
Tidak memikirkan bagaimana sebuah unit usaha pontang-panting  untuk bisa bertahan dan membuat kemajuan.

Aku sangat menghormati seorang Ely Sugigi. 
Dia seorang inspirator dan pemberani.   Dia bisa mengubah hidupnya. 

Sesudah menangani PSK,  aku  menyadari bahwa apa yang ditertawakan oleh anak-anak piyik itu bukanlah pekerjaan mudah. Mengelola PSK dan memastikan ratusan orang hadir pada sebuah event secara tepat waktu itu juga luar biasa.

“Kamu, harus bangga dengan pekerjaan kamu.  Apapun yang orang katakan tentang  unit kita, kita harus lurus. Kita tidak usah malu karena kita bukan maling.  Kita berusaha, dan sekarang mulai ada hasilnya. Apa yang mereka katakan harus jadi motivasi agar kita lebih baik lagi. Justru kamu harus mencontoh Ely Sugigi”

Klise?
Sepertinya.
Tapi kata-kata itu benar yang aku sampaikan
Dan itu benar yang aku rasakan

Seluruh cemoohan orang adalah penyemangat.
Karena kita adalah warrior sejati!
Berjuang sampai darah penghabisan. 
Hasil yang baik  yang akan membungkam mulut-mulut jail itu. 
Apalagi mulut anak-anak kemarin sore.


Peace!!







Tidak ada komentar:

Posting Komentar