Sabtu, 30 April 2016

Mengatasi Claustrophobia dan Trauma.

Dari kecil aku tidak bisa berada dalam tempat gelap dan ruang sempit. 
Jika berada dalam salah satu dari kedua kondisi tsb, maka dada akan terasa sesak dan tidak bisa bernapas. 
Mungkin ini yang disebut Claustrophobia. 
Ditambah pada saat  SD dulu, pernah di dorong teman ke kolam renang yang membuat trauma berkepanjangan.  Jangankan di kolam renang,  hanya dibawah pancuran air saja, dada rasanya sudah sesak bukan main. 

Pernah suatu kali, di Universal Studio LA, masuk ke Revenge of the Mummy Ride. 
Tidak mengira bahwa di sini adalah ajang neraka lengkap bagi pengidap Claustrophobia. 
Gelap, maju mundur, sempit dan terakhir disemprot uap! 
Wuahhhh saat keluar, aku benar2 menjadi mummy!  Pucat tanpa darah. 

Bukannya tidak berusaha mengatasi masalah phobia dan trauma ini. 
Selalu aku coba 

Untuk masalah gelap, sudah lebih membaik. 
Kalau tidak, mana mungkin bisa menonton di bioskop dan menjadi producer film. Hehehe. 
Tetapi masih ada-lah rasa sesak sebentar saat gedung bioskop menjadi gelap. 
Kalau tiba-tiba mati listrik di suatu ruangan, nah itu bisa tiba2 ada rasa panik. 
Biasanya aku menarik napas panjang banyak-banyak
Jika di rumah, anak-anakku biasanya langsung menyalakan senter dari handphone mereka
atau membukakan jendela, agar aku bisa menghirup udara segar. 
Sama seperti yang dilakukan adikku saat aku kecil dulu, membukakan jendela untukku

Terkait dengan ruang sempit, 
ini yang masih menjadi masalah. 
Bahkan jalan di gang yang kecil sekalipun akan membuatku pusing. 

Berikut contohnya saat menaiki tangga di St Peter Basilica - Vatican 
Dadaku terasa sesak dan kepalaku mulai pening dengan keringat dingin 
Untung bisa sampai ke atas juga dengan kesabaran Rahabi mengarahkan jalan. 



Nah, Berenang. 
Bagi kebanyakan orang berenang adalah hal yang mudah 
Tapi bagiku itu menjadi sesuatu yang menakutkan. 
Karena masuk ke dalam air, berarti masuk ke sebuah ruang yang dibatasi air. 
Sekali lagi, penyakit dada rasa ditekan kembali muncul. 

Pernah pada suatu saat hiking dengan beberapa teman di St Barbara,  California, kita mencapai jalan buntu. Pilihannya adalah melompat ke dalam sungai dari Seven Water Falls lalu berenang menyebrang ke jalan lain atau harus kembali ke jalan semula yang jauhhh sekali. Tentu saja semua memilih melompat dan berenang. Kecuali aku!  Dan pada saat aku bilang aku tidak bisa berenang mereka berteriak : "What?!!!" hahahaha. 
Perlu waktu lama bagiku untuk memberanikan diri melompat ke sungai yang jaraknya cukup jauh dari atas.  Sementara teman-teman yang lain sudah menunggu dengan sabar  di dalam air untuk menarik tubuhku yang melesak jauh ke bawah air. 
Ampunnnn rasanya. 

Lalu  pada sebuah perjalanan beberapa tahun lalu, 
bercakap dengan pak BJ Habibie di depan kolam renang rumahnya di Jerman. 
Beliau tertawa geli saat aku bilang aku tidak bisa berenang karena merasa sesak dan trauma
Kata pak Habibie : perasaan itu hanya ada di otak, persepsi saja. 
coba kamu ubah, dan bilang saya bisa 
pasti bisa. 

hmmm, 
butuh beberapa tahun kemudian untuk mencoba 
dengan perkataan  yang selalu terngiang : bilang saya bisa. pasti bisa 

Bukan hal yang mudah, tapi aku berjuang! 


Dan akhirnya ... 
Aku bisa! 
Walaupun belum sempurna
tetapi setidaknya aku sudah mampu memasukan kepalaku ke dalam air 
dan membuang napas di sana. 

Wuahhh senangnya. 
ini setelah berpuluh tahun terbelenggu dalam pikiran takut akan air
Terimakasih kak Lyna yang sudah dengan sabar mendampingi dan melatih. 

Semoga, phobiaku yang lain dapat juga kuatasi dengan tuntas. 

Belajar dari pengalaman phobia dan trauma ini, 
aku menyarankan agar para orangtua dapat menasehati putra-putri mereka
jika bermain atau bercanda, jangan sampai melakukan hal yang dapat menyebabkan trauma temannya
Contohnya, mendorong seseorang ke dalam kolam renang. 
Banyak cerita-cerita dari orang lain terkait ketakutan yang berkepanjangan disebabkan ulah dorong mendorong ke dalam air. 

Orang tua juga jangan menghukum anak dengan memasukan  ke ruang gelap dan sempit, 
misalnya gudang. 
karena ini juga dapat tersimpan secara tidak sengaja di dalam otak anak hingga menimbulkan phobia atau trauma.. 

Demikian ya sharing perjalanan hidup kali ini. 

Selalu semangat dengan tetap mengatakan : Nothing is Impossible! 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar