Rabu, 17 Oktober 2018

9 KEJADIAN PALING DIINGAT DI BALIK LAYAR TORCH RELAY ASIAN GAMES 2018 (dari sisi saya lho)


1.     Belajar baris berbaris di Lanud Halim bersama Susi Susanti



Sebagai perwakilan paling senior dari Inasgoc dengan jabatan Vice Director Ceremonies (atau juga sering diganti menjadi Vice Director Torch Relay), saat berangkat ke India dengan menggunakan pesawat Boieng TNI – AU menempatkan saya sebagai ketua rombongan yang bertanggung jawab atas api obor, keselamatan delegasi dan kelancaran acara.  Oleh karenanya dalam upacara pemberangkatan saya harus menerima tinder-box kosong sebagai simbol mandat tugas negara.  Penerimaan dan pemberangkatan dilakukan dengan tata cara militer.  Oleh karenanya saya dan Susi Susanti (Torch Ambassador) harus belajar sebentar baris berbaris untuk menyelaraskan langkah.  Menarik sekali karena dilakukan di jam 5 pagi saat saya seharusnya berkutat dengan persiapan keberangkatan rombongan. Selain itu saya sudah lamaaaaaa sekali tidak baris berbaris. Susipun.  Tapi okelah yaa hasilnya. Tu wa tu wa, belok kanan grak. Luruskan  ….  hahaha. 


2.  Mengurus penari kecak tak bervisa saat masuk ke India


Ketika penari ini stress menunggu Visa :) 


Saya tidak tahu bagaimana asal muasalnya ternyata setiba di bandara New Delhi, salah satu anggota delegasi – penari kecak tidak memiliki visa yang valid.  Huaaa.
Night-mare pertama terjadi.  Sehingga saya yang seyogyanya bisa segera datang ke resepsi penyambutan oleh Indian Olympic Association (IOA), harus tertahan di bandara untuk menemani si penari kecak sambil menunggu pengurusan visanya.  Untunglah ada teman-teman dari TNI-AU dapat membantu delegasi lainnya keluar dari Bandara. 

Kemudian   dengan bantuan KBRI dan tim IOA, bisa teratatasi.  Namun demikian saya harus bergegas ke tempat acara, karena ternyata pesawat Ketua Inasgoc terlambat datang.  Saya yang sudah lusuh,  mencoba mewakili beliau. Selamat datang pada kejutan2 di negara lain. Hahahaha.   
Untungnya saya memiliki tingkat penanganan stress yang baik dan dibantu oleh  kemampuan rekan kerja yang ada.  Sehingga kejutan-kejutan lainnya dapat tertangani. Termasuk pada saat kepulangan harus mengurus para penari kecak dan memastikan bahwa mini cauldron  yang besar itu terbawa ke pesawat. Karena eo-nya ternyata sudah pulang duluan ke Indonesia hehehe. 


Berubah mukaaa krn sudah berhasil stay 

3.   Tergeser 

Entah mengapa pada saat kepulangan dari India ke Yogyakarta, di dalam pesawat saya diajak bercakap, bahwa saya kurang koordinasi untuk perubahan run-down sehingga menyebabkan keterlambatan.  Hmmm.  Saya menjawab bahwa ternyata banyak hal yang harus diselesaikan di KBRI termasuk mencari cara memasukan mini cauldron ke dalam mobil. Itu harus dengan membongkar tempat duduk mobil kijang dahulu. Baru bisa diangkut.  Rasanya juga masih dalam tengat waktu yang disepakati.  Entahlah. Pihak TNI -AU komplain karena merasa saya terlambat datang dari KBRI untuk menuju ke Bandara.

Membungkus Mini Cauldron

Kemudian obrolan menjadi begini : “Mbak kan sudah diberi kesempatan saat keberangkatan di Halim”. Hmmmm maksudnya? Ya itu kan memang demikian karena saya ketua rombongan.  Dan memang ini event Inasgoc.  Sesuai dengan prosedur kan. 

Saya tidak terlalu memahami arah percakapannya.  Karena saya juga merasa lelah.  Ternyata terjawab dengan  adanya pengumuman saat akan mendarat di Yogya : “Nanti yang turun hanya 2 orang, Susi Susanti dan Ketua Rombongan”. 

Nah  .. saya mengerti.  Ya silahkan saja ….  Ketika ternyata  jabatan Ketua Rombongan beralih kepada orang lain.  Hehehe. Monggo …  Saya santai memandang dari jendela pesawat segala ceremony penerimaan dan pengalungan di Lanud Adisucipto. 


hehehe. 

Saya sudah cukup berterimakasih kepada TNI -AU bahwa penyambutan dengan 5 pesawat tempur telah berjalan dengan mulus.  




Satu tugas telah selesai!  Saya hanya mulai berpikir : tim saya akan mengalami banyak saat sulit selama perjalanan ...  

Ehhh tapi mungkin karena saya rebel yaaa .. jadi masih ada rasa penasaran.  Memangnya harus begitu yaaa  prosesnya … hahahaha. Sapalah sayaaaa …


4.  Sekapur SIrih di Lanud Sultan Iskandar Muda

Ini menarik lho. Banyak dengar kosa kata “Sekapur Sirih” nahhh … di Aceh saya mendapatkan kalungan bunga dan upacara pemberian sekapur sirih dari Bapak Bupatinya.  Ini sisi lain dari Torch Relay yang membanggakan. Bahwa kita diingatkan lagi tentang ragam budaya bukan hanya sebatas kata dan kalimat.




Sekapur Sirih ini juga aku terima di beberapa daerah lainnya di Sumsel.  Ahhh tersanjung deh …

Eh selain itu, ini adalah kejailan-kejailan  tim lapangan.  Mereka mengatur rundown sehingga saya yang harus maju untuk menerima.  “Jangan orang lain dong mbak!”. Ya memang pada perjalanan itu saya yang senior.  Dan saya sering menolak juga untuk memberikan kata sambutan.  Soalnya sudah jadi seperti terformat kata-katanya hahaha.  Dari titik sat uke titik lainnya. 


5.  Berjibaku di Penerjunan Obor Jakabaring



Seyogyanya event-event daerah terkait Torch Relay dikoordinir oleh pemrov atau pemda. Termasuk event penerimaan Api Obor yang diterjunkan di Jakabaring.  Namun karena satu dan lain hal, ada perubahan scenario dadakan yang menyebabkan harus ada pergantian cepat di seluruh acara. Sementara yang akan hadir adalah para petinggi TNI, POLRI, Kementrian dan Pemerintah Propinsi Sumsel.



Bapak Kadispora Sumsel adalah sahabat baik, beliau memberikan kewenangan penuh pada saya di saat-saat akhir.  Nahhhh … pergantian rundown , siapa yang harus membantu pelaksanaannya hahaha. Tak ada!  Karena tim saya adalah tim Torch Relay semata. Bukan prosesi ini.   Wuahhhhhh … acara jam 6.30 pagi, rundown berubah di jam 2 pagi.  Ya sudahlah, saya harus mampu melakukan sendiri. Tauuu ngak, saya ke stadion jam 4.30 pagi bersama 2 orang staf untuk menyiapkan lebih dini, stadionnya belum dibuka hahaha.  Omar berusaha mencari pemegang kunci.  Baru sekitar jam 6.00 orangnya ketemu dan dibukalah pintunya. 





Lari sana sini, cari MC yang datang telat,  mengatur posisi pak Panglima dll. Mengatur titik berhenti pasukan penerjunnya. Ahhh  itu jadi sangat blingsatan.

Ada yang lucu juga,  saat penaikan bendera negara2 di selasar plaza Jakabaring,  tanpa lagu. Hahhaa. Saya mana tauuuu yaaaa. Itu terlewat.  Harusnya apa? Jadinya berasa sunyi yang lama sambil tangan posisi menghormat. Mana lagi anak2 paskibranya walaupun sudah latihan sore hari masih salah tarik tali, jadi makin lamaaaaa. 

Gladi penaikan bendera 

Hadohhh.  Bos udah nyeletuk :”Ini penghormatan bendera terlama di dunia”. Wuahhhh. Nah saya mau celingak celinguk kemana ya.  Saya hanya person dadakan yang membereskan pada saat-saat akhir.  Pura-pura ngak tau aja.

Sesudah penyalaan mini cauldron maka akan dimulai acara lari estafet obornya.  Jadi sesudah event dan protokoler, saya  langsung koordinasi dengan semua titik awal lari.  Nah sementara para pelari utamanya kan pejabat2 ini ya.  Mereka masih di area acara hahaha. Seharusnya ada LO yang sudah mengambil mereka untuk ditunjukkan ke semua titik awal lari masing-masing.  Ya sudahlah pasrah.  Pada akhirnya  semua pelari bersama ajudannya lari ngibrit ke lokasinya. Semoga  tidak nyasar yaaa hahahah.

Aku juga lari terbirit birit mengejar konvoi ke titik nol. 
Ehhh ada kapolda yang salah arah : “Pakkkkkk bapak nyasar!!!”.

Dan masih ada drama konvoi dgn tim yang tidak selaras.  Sampai akhirnya aku mengambil alih komando setelah berdebat keras dengan salah satu pejabat polri di HT. Ini komandonya gue kok. Itupun sambil  lariiiiii mengejar mobil patwal.  Tidak terkejar ya naik ke mobil bak polisi hahahah.




Perjuangan. 

Tetapi sukaaaaa … karena sepanjang jalan masyarakat menyambut dan berteriak : INDONESIA!


6.  Lautan Manusia di Lampung.

Persiapan yang tidak mudah. Datang beberapa kali ke Lampung untuk berkoordinasi. Pernah pulang naik Kapal Motor dari Bakahuni ke Merak, dan sesudahnya demam berkepanjangan. Tetapi akhirnya terbayarkan  ketika melihat lautan manusia di sepanjang jalan yang dilalui. 

Terharu.



Walaupun juga dimulai dengan drama-drama lapangan. Karena pada hari tersebut hadir 4 pejabat Pusat dan juga daerah.  Kemudian banyak orang yang pada saat pelaksanaan baru ada untuk mengatur, tanpa mengetahui perencanaan awalnya. Termasuk pengusiran bis pelari yang akan jalan melalui jembatan.  Nah kalau diusir gimana distribusi pelarinya hahaha. Kalau dibilang dia yang punya daerahnya gimana?  
Ya ngotot juga bisnya sudah terusir keluar.  Trus setelah ada masalah ngak bisa jalan acaranya, siapa yang tanggung jawab hahaha.  Seruuu ngak perlu gituuu. 

Tapi terimakasih  kepada seluruh panitia daerah. Dari awal mereka yang sudah punya rute lengkap, lalu saat terakhir saya acak2 lagi. Hahahaha.


7.  Mendapat amarah dari anggota Dewan 

Animo besar penyambutan api obor ini tidak hanya pada masyarakat tetapi juga kepada para pejabat. Biasanya pejabat akan menjadi Pembawa Obor di daerah asalnya. Ada staf yang bertugas untuk mengatur jadwal para pembawa obor ini, termasuk juga penerimaan keinginan untuk berpartisipasi. 

Saking banyak dan sering berubah-ubah,  maka ada kealpaan.  Seringkali pejabat memaklumi, tetapi ada juga yang bisa sangat meradang. 
Nah saya pernah kena yang meradang juga. Bukan karena kesalahan saya sih. 

Jadi pada perjalanan dari Bandung ke satu daerah,  biasanya saya membuat check list call ke Jakarta,  nama pelari dll.  Nahhhh … tiba2 ada informasi kalau ada pejabat yang ingin lari di daerah tsb, tetapi terlupakan.  Duerrr. 

Saat ditelp si pejabat sedang ada di Tasikmalaya.  Ya tentu saja dia marah, karena acara obor sudah akan berlangsung.  Sebagai jalan penengah dari Jakarta akan menempatkan beliau di kota lainnya.  Pejabat bilang : “Dia mau asal ada perwakilan Inasgoc yang menghadap dia di daerah itu sore hari”

Yaaa sayalah, sapa lagi yang harus berhadapan. 

Acara parade berlangsung meriah, tanpa pejabat itu.  Usai itu saya datang ke lokasi tempat  yang disepakati.  Menunggu  hampir 4 jam, akhirnya saya bisa bertemu di ruang konferensi.  Saya sudah menyiapkan mental sih.  Toh kesalahan rekan saya berarti juga kesalahan kita.  Dan kita harus bertanggung jawab untuk hal tsb. 

Baru bersuara saya : “Pak saya Ayie dari Inasgoc”

Dengan balasan :  “Saya tidak perlu.  Jangan berbahasa komunikasi yang ngak perlu”

Hmmm.  Saya membetulkan letak topi saya sambil berkata pada diri sendiri : “Sabar”




Si bapak terus mengacungkan jempolnya : “Sudah, pergi sana”
Saya bertanya dong : “Maksudnya pak?”
Dia jawab : “Ini jempol masih teracung. Jangan sampai jempol ini turun. Kalau turun artinya saya akan tendang kamu keluar”.

Ehhhh.  Saya mengerenyit.  Ini wakil rakyat? Bahasanya seperti itu?

Saya balas dengan senyum dan berkata akhir : “Baik pak, yang penting saya sudah melaksanakan tugas saya dengan baik sesuai permintaan bapak”

Lalu saya tinggal orang yang katanya pejabat atau wakil rakyat itu. 

Ahhhh …  begitu rupanya. 
Saya menepuk dada saya dan mengatakan : “Dia tidak sepadan”

Ya iyalahhhhhh sapa sayaaa.  Cuma perempuan kecil keriting yang mencoba untuk memperbaiki kesalahan tim.  Dia yang sebesar itu dengan badan dan jabatannya,  mengatakan mau menendang saya? 

Saya keluarrrr lalu makan2 senang . dengan beberapa anggota tim konvoi saya yang berbadan besar,  yang menghargai saya sebagai tim leader mereka.  Menghapus kebencian.


8.  Jakarta – Serang 1 jam saja

Satu hari itu saya baru pulang dari Palembang pagi.  Siangnya ada meeting di Pusbang Film dan harus mengecek lokasi Asian Festival di GBK.  Baru mau bersandar di FX, tiba2 ada telpon meminta saya untuk segera ke Serang, Banten. Saat itu waktu menunjukkan jam 3.30 sore.  Ada perintah untuk segera tiba di Serang.  Seberapa segerakah?  1 jam! Hahahhaa.  Kenapa? Karena harus ada pejabat yang senior di sana untuk menemani para pembawa obor. 

Ya okelahhhh.  Sejam by apa? 
Helikopter? Anginnnn besar … jadi tak mungkin

Jadi?
Mobil yang ngebut banget dengan patwal di depannya

Ehhmmm ya daripada repot, naik aja di mobil patwalnya yaa
Ngak usah 2 mobil gitu.

Brmmmmmmmm ngepottttt bener
Walaupun pak polisi udah bilang buuu nanti kalau ngak biasa agak mual
Hahahaha




Yaaa saya mual.
Sampai sana rasanya perut menari sana sini
Dannnn pas banget.  Saat sampai … giliran lari dimulai.
Nahh belum habis kocokan perut, belum tidur, harus memberikan penjelasan dan ikut lariiii hahahahha.  Lari dengan baju seragam yang saya ambil dari stok dan kebesaran. 





Ahh Ayieeee …. Untung kamu kuat.

Sesudahnya, saya balik lagi ke Jakarta bersama oom2 polisi patwal ini
Dengan permintaan : “Pak ngak perlu ngebut yaaa”


9.  Jarang tidur

Kenapa? Karena kalau tidur, akan ada masalah. 
Selama perjalanan api obor, seluruh team terhubung dengan HT satellite
Jadi dimanapun tim konvoi berada kita dapat memonitor dan berkoordinasi
Banyak sekali perubahan di lapangan yang membutuhkan keputusan cepat. Sehingga untuk memejamkan mata sebentar saja kita merasa takut. 
Takut salah!



Contohnya : 
Di Makassar – semuanya sudah berjalan dengan lancar. 
Dari awal sampai menjelang akhir berjalan sesuai dengan rencana.
HIngga pada saat kepulangan, saya merasa agak flu sehingga minum obat flu yang membuat mengantuk. 

Saya menunggu tim untuk bisa review akhir. 
Ternyata tidak terjadi dan saya tertidur sebentar
Saya pikir okelah.  Tidak mungkin akan ada masalah lagi. 

Jam 3.30 pagi saya juga sudah siap turun ke lobby hotel untuk melepas rombongan yang rencananya akan ke rumah gubernuran mengambil api yang diinapkan.
Seperti biasa, tim harus digubrak -gubrak dulu baru semua rapih. 
Awalnya saya bingung, anak2 muda sekarang kenapa harus digubrak-gubrak begini ya. Lama-lama saya yang mengkondisikan diri saya untuk siap lebih pagi selalu dibandingkan mereka. 

Nah singkat kata rombongan obor  kemudian jalan, tanpa saya. 

Dari HT saya monitor :  
“Lho kok perjalanan ke Bandara?”
Bukan seharusnya ke gubernuran ya?

Sekitar jam 4.30 ada telp masuk dari protokoler :  “Mbak rombongan belum datang?”

Wahhhhh … bener deh kejadian!
Rombongan bergerak ke bandara karena ternyata setelah ditelusur mereka sudah mengambil api dari semalam. Katanya sudah berkoordinasi dengan seseorang yang mereka bilang adalah protokoler pemprov. Tetapi si protokoler merasa tidak menyepakati.  Gubrakkk. 

Para pejabat sudah menanti dan terjadi chaos pagi hari.
Ini karena saya tertidur sebentar kannnn. 
Dan saya tidak bertanya ke mana mereka akan pergi?
Yahh seharusnya tidak perlu ditanya karena kita memegang rundown yang sama

Ternyata ada perubahan yang tidak EO komunikasikan.
Dan tidak dituangkan di rundown terbaru. 

Berasa bodoh sih pagi itu.
Sudah dijaga sepenuh hati.  Tetapi kecolongan.

Siapa yang harus bertanggung jawab?
Ya saya selaku ketua rombongan.

Saya bergegas berkemas.
Kemudian meluncur ke kantor Gubernuran untuk menghadap PLT Gubernur.
Menunggu dan ketinggalan pesawat adalah resiko.
Itu buah dari kesalahan

Tetapi saya menemukan pejabat yang besar hati
Pak PLT Gubernur memaafkan dan menanyakan salahnya di mana
Saya juga bingung jawabnya.


Terimakasih ya pak, sudah dimaafkan.

Yang saya tau ketika saya menegur person in charge di lapangan justru dia yang berteriak : “Lha mbak ke mana aja?”
Damn!

Saya harus super sabar dengan logika2 yang absurb. 
Ketika personnya bisa begitu meradang, padahal mereka yang keliru. 

Saya sendiri bodoh karena saya tidur sekejap
Diperlukan tenaga ekstra, kesabaran dan stamina kuat utk memimpin tim dengan orang-orang2 berlogika absurb dan kelelahan.

Tapi sekarang saya menyayangi mereka.  Karena dengan waktu yang relatif singkat mereka berusaha keras melakukan.  Mungkin inipun di luar batas kemampuan mereka sendiri. 




Catatan di atas adalah catatan pribadi yang tidak dimaksudkan untuk menyudutkan siapapun.  Karena sebenarnya di balik sebuah event akan banyak cerita yang tidak diketahui banyak orang, tetapi okelah untuk dicatat.  Gituuuu yaaa.  

#TorchRelay2018 




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar