1. Bahwa
penugasan pembuatan film ini diberikan sekitar jam 12 malam di bulan Juni oleh Whisnutama di saat mengobrol santai di
kantornya. Lalu saya menjawab : “Lho kok
gue sih?”. Tetapi setelah melihat storyboardnya, saya
merasa yakin bahwa saya dapat menyelesaikannya dalam waktu singkat karena sudah
ada gambaran tim pelaksana dan mengetahui perkiraan eksekusinya.
“Oke mas, aku coba ya”.
Yang paling baik dari seorang Whisnutama adalah
dia berani mendelegasikan dan memberikan kepercayaan kepada seseorang. Walaupun
saya sebenarnya belum banyak bekerja sama dengan dia.
2. Bahwa
membutuhkan satu bulan untuk berkutat dengan masalah administrasi internal
dibandingkan dengan eksekusi produksinya.
Memang bukan prosedur yang mudah, namun saya berusaha menyelesaikannya
di tengah-tengah kehebohan persiapan Torch Relay dan Asian Festival. Saya
sangat excited! Sehingga walaupun harus mondar mandir dari luar kota ke Jakarta
untuk berkoordinasi, saya tidak merasa capai, tetapi senang. Situasi
yang menyulitkan adalah karena kita harus merahasiakan pengerjaan ini untuk
memberikan kejutan kepada semua pihak. Tidak hanya dari penonton tetapi dari rekan-rekan
kerja di kepanitiaan juga. Kalau dihitung-hitung
ya sebenarnya untuk persiapan produksi itu hanya ada sekitar 3 minggu. Hahahaha.
3. Bahwa
tim saya sebagian adalah tim lama yang pernah mengerjakan street action dengan
motor dan mobil terbalik di film saya terdahulu. Hal ini penting karena waktu pengerjaannya
sangat singkat sehingga dibutuhkan saling pengertian dan kecepatan pemahaman
antar anggota tim. Saat melihat story
board saya sudah memastikan bahwa pendamping saya adalah Tesadesrada Ryza selaku
produser dan Rahabi Mandra sebagai Director.
![]() |
Tesadesrada Ryza - Producer |
Rahabi Mandra - Director |
Lalu saya menghubungi mas Wawan I Wibowo selaku Editor dan mas Satrio
Budiono selaku Sound Enginer. Saya minta
Ryza untuk menggunakan Ezra Tampubolon untuk art directornya, karena menurut saya dia sudah memahami
kebutuhan untuk pembuatan ramp sebagai landasan lompatan motor. Ditambahkan pula Jantra untuk sound di lapangan. Tim selanjutnya
yang sangat penting adalah tim street action.
Tentunya saya memilih mereka yang sudah saya kenal baik dan dapat
diandalkan dalam situasi urgent seperti ini. Mereka menyatakan “in” dalam
project bergengsi ini.
Kemudian masuk Hariopati selaku Penata Musicnya. Karena
Pati juga sudah mengerjakan beberapa film saya. Nah done!. Semua terkunci pada tempatnya. Masih dibutuhkan DOP dan isian crew lainnya. Ryza
menggandeng tim produksi iklan untuk memastikan kecepatan penyelesaian
eksekusinya. Bergabunglah tim Flex. DOP berhasil mendapatkan komitmen Dimas, DOP
film the RAID.
![]() |
Dimas - DOP |
Jadi tim pelaksananya merupakan gabungan crew
film dan crew iklan. ehmmm masih ada
yang kurang. Video ini kan banyak
terkait dengam protap kepresidenan dan paspamres, nahhh bergabunglah senior
paspamres mas Faisol
sebagai pengarah protap.
Mas Faisol |
Menarik
ya … saya kemudian lapor ke mas Tama :
Tim sudah siap! Action!
The Team! |
4. Bahwa
sebenarnya cerita awalnya bukan anak gendut yang menyeberang, tetapi ada
segerombolan bebek di tengah jalan. Jika
dapat dieksekusi dengan baik, maka adegan bebek menyebrang itu akan sangat
dikenang.
Tetapi diskusi lanjutannya dengan membahas resiko ini itu, kemudian sebenarnya ada alternatif yang lebih
humanis, maka keluarlah ide segerombolan anak kecil menyeberang dari Rahabi.
Mas Tama bisa menerimanya. Nah ini anak
sekolah atau anak sedang berwisata atau apa ya . Karena acaranya hari Sabtu
maka diputuskanlah tetap menggunakan adegan anak sekolah dan bu guru, tetapi
mereka sedang melakukan ekstrakurikuler, yaitu pramuka. Casting dilakukan
dengan memberikan alternative anak perempuan dan laki-laki.
Dan akhirnya terpilihlah main castnya :
Farrel -yang menjadi sangat tenar sesudahnya.
Farrel dkk bersama Presiden |
5. Bahwa
pencarian motor paspamres dilakukan bahkan di dini hari. Bukan hal yang mudah untuk mencari Yamaha FZ1,
karena itu merupakan motor besar istimewa. Beberapa pemilik kita dapatkan dari
pencarian melalui google. Ada yang di Bandung, Balikpapan, Jakarta.
Kita berkejaran dengan waktu, karena motor
ini harus disesuaikan dengan kebutuhan penampilan freestyle. Penggantian ban
dan beberapa pernik lainnya. Dikarenakan
bersifat rahasia, maka latihan-latihan untuk keperluan tampilan di area GBK
dilakukan larut malam. Whisnutama dan Ryza berkutat dengan konsep-konsep yang
memungkinkan.
Awalnya akan dilakukan
lagi lompatan di GBK, namun ternyata penutup area tidak memungkinkan hal itu dilaksanakan. Terlalu licin dan merusak alas. Kemudian
di hari terakhir latihan, terjadi kebocoran di mesin, karena sudah berkali-kali
terbentur tangga masuk ke area dalam stadion.
Untungnya Ryza dan tim Paspampres dapat memperbaiki dalam waktu semalam. Jadi ini bukan hanya semata produksi video,
tetapi juga sebuah show yang ditonton ribuan orang di stadion. Wuahhh, memang
untuk hasil yang keren itu perlu melalui ketegangan-ketengangan tingkat
tinggi.
6. Bahwa
saat kita meeting dengan Presiden kita sempat bersorak hore dan bertepuk tangan
karena Presiden bilang beliau suka yang sangat ekstrim adegannya. Konsepnya
memang dari Whisnutama, tetapi kita meeting dengan Presiden untuk meyakinkan lagi apakah memang sudah
sesuai dengan persiapan kita.
Jadi
kitanya degdeg-an kalau sampai berbeda.
Padahal waktunya sudah mepet sekali. Karena sejago-jagonya, tetap ada batas minimal waktu untuk memprosesnya. Sesungguhnya pada saat
menghadap itu sudah pada titik tidak mungkin dilakukan hahahaha. Nahhhh … menunggu jawaban pak Presiden itu
dengan menahan napas.
Saat pak Jokowo
bilang : “Saya mau yang ekstrim sekali”, saya dan Laura -asisten mas Tama,
langsung bertepuk tangan dan bersorak : “Horeeee!” hahaha.
Mas Tama sebenarnya kaget dengan reaksi kita ya. Tapi pak Jokowinya sih
santai aja dan senyum-senyum.
Horree! |
Kemudian masalah jas yang dipakai ”Warnanya apa?”
“Hitam pak”
“Kenapa hitam, apa alasannya? Saya punya juga warna yang lain”
“Hmmm karena …. “
Perbincangan yang rileks ya.
Sesudah meeting mas Tama bilang :
“Hadeuh ceuuu
baru kali ini gue meeting dengan Presiden ada yang sorak-sorak horee”. Hahaha.
Kita menikmati saat-saat itu. Dan akan
mengenangnya sepanjang masa ya mas.
7. Bahwa
dilakukan gladi shooting untuk memuluskan proses produksinya, karena keterbatasan waktu Presiden.
Dari proses ini dapat diketahui titik-titik
penempatan alat dan kamera. Kemudian perkiraan waktu pengambilannya. Karena lokasinya ada yang di Istana Bogor, maka
semua crew harus berpakaian rapih -tidak boleh kaos tanpa kerah, tidak boleh
jeans. Jadinya kita semua shooting dengan tampilan rapih dan perlente
hahaha.
8. Bahwa
kerjasama itu terjalin dengan baik, walaupun ini adalah tim bentukan yang
tiba-tiba. Whisnutama dapat
berkoordinasi dengan Rahabi dalam hal directing, Dimas sebagai DOP juga cepat tanggap dan
mampu menterjemahkan pengadegan dalam rekam kamera yang dinamis.
Demikian pula dengan seluruh crew, bisa
berpindah lokasi dengan cepat. Para paspampres
ini juga keren banget. Mereka melakukan semuanya dengan professional. Tidak ada
kerewelan, bahkan menyenangkan. Percakapan antara saya, Rahabi dan Ryza : rasanya semua lancar ya. Sangat tenang. Biasanya di saat shooting film ada saja kendala atau drama-drama ngak penting hahaha.
9. Bahwa
untuk shooting ini Presiden sangat berkomitmen.
Beliau meluangkan waktunya, bukan hanya sekedar waktu sambil lalu. Ini yang saya kagumi dari beliau, karena
biasanya pejabat-pejabat kalau mau shooting hanya ala kadar. Sehingga hasilnyapun
menjadi seadanya. Tetapi dengan komitmen waktu dan kesiapan, hasil opening video ini optimal. Memang ada sedikit kesulitan dalam penjadwalan tim
produksi karena jadwal shooting yang tidak pasti. Semua bisa dimaklumi karena
memang kepadatan jadwal dan tugas Presiden.
Pak Presiden juga memiliki insting untuk
menambahkan adegan sehingga bisa berkesan natural dan sangat Jokowi. Misalnya beliau tidak berkeberatan untuk
shooting hingga ke luar area Istana. Kemudian
beliau memberikan altenatif adegan melambaikan tangan dari dalam mobil. Atau
yang fenomenal adalah mengatakan : “APA”.
10. Bahwa
saya yang harus menemani Presiden di Royal Box karena hanya sayalah yang
dikenal oleh Danpaspamres dan mengetahui seluruh prosesnya. Whisnutama dan Laura ada di control room
untuk mengendalikan seluruh Opening Ceremony.
Dengan segala kelusuhan saya sehabis
mengurus konvoi Torch Relay Monas, saya mencoba bernegosiasi ke mas Tama :
”Mas, kan sudah ada Shadiq yang bisa
bantu mengatur flow presiden. Aku harus bantu mengalirkan trafik penonton ke
dalam stadion. Waktunya sudah mepet.”
Saya bukan menolak, namun memang
saya melihat ada tim yang telah kompeten menguasai medan royal box.
Ini yang akan selalu saya ingat :
“Akan
lebih kacau kalau ngak ada yang dikenal Presiden dan Danpaspampres di Royal box.
Udah jangan lari dari tanggung jawab”
Hadirlah saya di sana. Begitu melihat saya, Danpaspamres langsung
meminta saya masuk ke ruangan Presiden untuk menerangkan alur dan lain-lain. Ahhh saya sedekat itu dengan beliau yang
tenang dan mempercayakan semuanya kepada saya.
Saya mengandalkan pendengaran dan hati saya untuk mengetahui detik-detik
adegan yang berlangsung guna memberikan arahan saat Presiden harus keluar
pintu.
Mas Tama benar, memang harus saya
yang ada di sini. Saya hapal setiap ketuk music, setiap detik adegannya. Mengharukan
mendengar gemuruh sorak sorai merespon tayangan video. Lalu ketika saya menatap
pak Jokowi, saya melihat sisi lain dari
seorang Presiden yang ingin menyukseskan acara besar ini dengan sekuat hati
beliau. Ingin seluruh dunia bangga
terhadap Indonesia. Ingin seluruh rakyat bangga akan negerinya.
Lalu pintu terbuka, Presiden melambaikan
tangan.
Saya terharu.
Semua berjalan dengan lancar.
Thank you pak Presiden!
Thank you Team.
Thank you Team.
Tambahan
Saya dan Ryza pernah berbincang
sembarangan.
Nanti kalau sudah selesai semuanya
kita keliling yuk naik motor terbangnya.
Dan terjadilah di jam 3 pagi sesudah
selesai pelaksanaan Asian Festival yang heboh itu.
Ryza mengantarkan saya pulang dengan moge terbang.
Ryza mengantarkan saya pulang dengan moge terbang.
Menikmati dini hari dengan moge terkenal.
Senangnya.