Sudah usai
ASIAN GAMES 2018!
Di manakah
saya sekarang?
Hmmm di
Bloom.
Sambil sarapan
sauteed mushroom, saya memindahkan file-file foto dan video yang sudah memenuhi
iphone.
Lalu melintaslah lagi kejadian-kejadian dalam rekam memori.
GBK,
Palembang, India, Aceh dan semua tempat terkait
Asian Games.
Di mana
saat-saat itu saya selalu menarik napas panjang
lebih banyak daripada napas normal. Huffffff … Huffff…
Saya
terlibat di perhelatan ini secara aktif sejak Feb 2018
Kala nama
saya beberapa bulan sebelumnya disebutkankan oleh mas Whisnutama sebagai
pilihan manusia yang dianggap mampu berkolaborasi dalam waktu singkat.
Manusia
yang tahan stress, bekerja cepat, ngak banyak omong dan yang penting tak punya
kepentingan pribadi. Jadi intinya saya
digolongkan sebagai mahluk yang tahan banting dan cepat beradaptasi. Huhuhu.
Bummmm.
Masuklah saya
di tengah hiruk pikuk dan lalu lalang semua orang di kantor Inasgoc lantai 12,
di departemen Ceremonies. Departemen yang mengurus hal-hal terkait Opening
Closing, Torch Relay, Festival, Cultural & Welcoming dll.
“Halloooo
saya Ayie, atau bisa juga dipanggil Celerina”
“Ayie yaaa …
tanpa H”
(karena
saat awal ada juga mbak Hayi sebagai atasan)
Saya sebagai
apa? Ngak jelas! Hahahaha
Ya udah
pegang Festival ya /. Oke
Ya udah
bantu di Torch Relay ya /. Oke
Ya udah
bantu welcoming dan cultural ya/. Oke
Ya udah
bantu ini bantu itu /. Oke
Dan merapatlah
saya melihat denah GBK yang susah saya hapal hahahhaa.
Kalau
petanya dibalik-balik saya puyeng tujuh keliling.
Kemudian membaca
rute Torch Relay yang susah juga mencantol di otak.
Jadi setiap
saat mencoba mengingat : Dari India ke Yogya,
Mrapen, Semarang, Prambanan, …
Terjun bebas
ke meeting-meeting yang saya ngak tau ujung pangkalnya. Tapi harus keliatan
mengerti dan paham hahahhaa.
Otak itu
disetel dengan cepat : klik ke venue, klik ke listrik, klik ke dispora, klik kemana lagi.
Ehhhh
dispora itu apakah? Sumpah saya belum pernah mengerti. Termasuk struktur
pemerintahan. Sementara semua orang
bicaranya mengalir deras …. dan saya bengong.
Satu hari
bisa ada 10 meeting, 5 diantaranya bersamaan.
Nahhhhh …. Badan saya ada berapakah? Satu. Otak saya? Mungkin bercabang banyak.
Saat itu
adalah proses adaptasi dari ketidak tahuan menjadi sedikit lebih tahu.
Tapi ngak
boleh kan sedikit lebih tahu? Harus
cepat paham!
Dan ngak
ada sesama yang punya waktu untuk menjelaskan detail dari awal. Kalaupun ada yang berkenan, waktunya saya yang ngak ada.
Berarti
saya harus berbagi beban nih. Tarik ya orang
yang sudah memahami saya.
Ya sudah
siapa lagi … masuklah Langlang.
Lumayan. Langlang bisa dipercaya untuk Festival dan Cultural
Saya
sendiri masuk ke banyak bidang, karena pada perjalanannya, ada perubahan struktur organisasi.
Direktur
Ceremonies digantikan oleh Wakilnya : mbak Herti
Saya
didaulat menggantikan posisi mbak Herti
Selamat datanglah
pada semua hal, semua lini!
Pertama
yang menarik adalah masalah rumput.
Rumput? Ternyata jadi hal serius karena GBK akan
dipergunakan untuk Opening dan Closing Ceremonies dengan persiapan yang panjang.
Paling tidak harus 100 hari ditutup dengan lapisan yang dapat menahan beban
panggung tanpa merusak lintasan atletik, yang juga akan dipertandingkan di
tempat yang sama.
Pihak GBK
sangat perhatian dengan masalah rumput ini.
Diskusinya panjang dan intens karena selama ini belum ada event dengan
treatment sekompleks ini di Indonesia.
Lalu
keluarlah satu istilah yang baru sama-sama kita ketahui : PROFESOR RUMPUT.
Memang
rumput ada ahlinya. Rumput yang ada di
GBK akan diangkat, digulung, dipindahkan ke lapangan lain dan dijaga
kehidupannya. Kemudian lahannya akan
ditutup dengan ground protection yang kuat menahan beban berat, tanpa merusak lintasan atletik.
Setelah
ditelusur proses ground protection ini pernah diajukan oleh orang-orang di
struktur organisasi sebelumnya. Namun info dan perkembangannya tidak pernah
dibagikan kepada anggota team lainnya.
Sehingga prosesnya berulang lagi, namun dengan administrasi yang lebih
rapi dan transparan. Dengan berbagai
pertimbangan, akhirnya team memutuskan
menggunakan Armor deck. Nah mulailah proses
penutupan lapangan.
Bagaimana
dengan rumputnya? Nantinya rumput yang sedang dipelihara di lapangan lain akan
dipindahkan lagi ke lapangan stadion, saat opening ceremony sudah selesai.
Kedua
adalah Panlak – singkatan dari Panitia Pelaksana
Panlak apa
ya?
Saya harus
hadir di meeting dengan mencoba merangkaikan alurnya
Oh ini tuh
tim khusus membahas hal-hal terkait Opening dan Closing Ceremonies, termasuk
penanganan VVIP dan Spectators (penonton).
Karena otak
saya adalah otak struktural, maka saya mencoba membuat skema kerjanya. Kebetulan
masuk beberapa anak Prasetiya Mulya yang magang, jadi bisa membantu membuatkan
flow chartnya.
Flow chart
ini mempermudah memahami job desc masing-masing. Namun ternyata dari departemen
lain kurang punya waktu untuk mengisi data. Anak-anak Prasmul ini juga on – off sih. Suka ada,
suka ngak juga karena mereka memang masih kuliah.
Jadi skema
ini tak terlalu berguna pada akhirnya (tetapi semoga berguna bagi mahasiswa Prasmul ya).
Ketiga
adalah Torch Relay
Ini benda
apakah? Hahahaha
Ternyata
ini adalah pawai membawa obor.
Banyak
istilah baru : Torch Bearer, Torch Guard dll
Saya ngak
tahu sudah sedalam apakah pembahasannya. Ternyata sudah panjang dan menunggu
penetapan event organizer-nya.
Nampaknya
ini adalah kegiatan yang rumit. Melibatkan banyak sekali pihak.
Sementara
otak saya lemot banget ya hahaha.
Dan
tiba-tiba di dalam Surat Keputusan Kepanitiaan resmi, nama saya mentereng
sebagai Torch Relay Director. Lhoo, kan harusnya bukan. Tapi akan
direvisi. Dan saya tetap harus berkonsentrasi
pada kegiatan multievent ini. Ehhh puncaknya adalah person yang bertanggung
jawab terhadap pekerjaan ini mengundurkan diri. Gubrakkkkk. Hayooo Ayie, segera pandailah tentang Torch Relay ini.
Kemudian ada
aktivitas lain yang membutuhkan kecepatan pemahaman : Welcoming and Culture. Bagaimana kita melakukan penyambutan kepada
delegasi yang datang di Athlete Village dan mengadakan panggung hiburan di area
tersebut setiap malam. Panggung
gembiranya di 3 tempat ya : 2 di Palembang, 1 di Jakarta. Okeiiiii.
Ditambah
dengan perencanaan pembuatan Festival di lingkungan stadion GBK dan Jakabaring.
Ukur sana sini, karena harus segera membuat RAB. Koordinasi sana sini karena
harus tahu apa yang sudah difasilitasi dan mana yang harus dimasukan ke RAB.
Tentang RAB
ini, saya belajarlah membuat KAK – semacam TOR untuk tender. Biasanya kan tender itu berlandaskan pada angka penawaran yang terendah. Atau faktor angka
yang diajukan vendor menjadi pertimbangan utama, selain kelengkapan
administrasi. Nahhhh sekarang saya ubah
deh. Karena pekerjaan-pekerjaan yang akan dikerjakan kebanyakan berdasarkan
pada kemampuan kreatif dan eksekusi. Jadi kedua faktor ini merupakan faktor
dengan nilai tertinggi. Ya sempat
menjadi perdebatan panjang. Tapi saya dan teman-teman maju terus pantang mundur
untuk memberikan pengertian. Karena apa? Kita menginginkan hasil yang optimal. EO akan
menjadi patner kerja. Sementara pekerjaan
saya dan tim ceremonies sudah sedemikian banyaknya. Kalau mendapatkan vendor yang dodol, kan kita
yang kelabakan.
Hal penting
lainnya adalah : sudah adakah yang
mendokumentasikan momen-momen persiapan event besar ini? Ada. Tapi tidak maksimal. Hayuuuu kita buat maksimal. Lengkapi dengan tim Behind The Scene. Karena pada akhirnya ini adalah catatan sejarah
Indonesia. Dan bagaimana event ini dijalankan perlu untuk dibagikan sebagai
bagian dari edukasi.
Saya
mencoba menyapu semua lini, membantu semua pihak di departemen saya. Supaya tidak ada
lubang-lubang besar yang akan menjebloskan kita semua. Tentunya bersama dengan mbak Herti yang baik hati. Ehh tentang pembagian tugas kita berdua ada yang istimewa : saya bagian yang bad cop, mbak Herti bagian yang good-nya. hahaha.
Kalau sudah bagian tegur menegur staf, biasanya saya. Sampai dengan pertanyaan : are you ini or out? Semoga ngak banyak yang sakit hati yaaa. Karena semua demi menyamakan irama kerja. Butuh totalitas dan stamina yang tinggi.
Demikian.
Catatan lainnya, saya share di page lain yaaaa.
Aiih ...seru! Gak sabar nunggu kelanjutannya. Ide utk mengedukasi melalui tim behind the scene itu keren. Ah, semuanya memang keren, ayie
BalasHapus